Layanan Keuangan Gojek dan Tokopedia Bergabung, Bagaimana Nasib OVO?
Perusahaan layanan on-demand Gojek resmi merger dengan perusahaan e-commerce Tokopedia dan membuat entitas gabungan bernama GoTo. Seiring dengan mergernya dengan Gojek, Tokopedia dikabarkan akan melepas saham OVO.
Presiden GoTo yang sebelumnya menjabat sebagai Presiden Tokopedia Patrick Cao mengatakan bahwa GoTo akan mengombinasikan empat lini usaha yakni layanan e-commerce, pengiriman barang dan makanan, transportasi serta keuangan.
Adapun layanan keuangan Gojek dan Tokopedia akan di bawah GoTo Financial yang mencakup layanan GoPay serta layanan keuangan dan solusi bisnis mitra usaha.
Meski begitu, hingga saat ini kemitraan strategis antara OVO dan Tokopedia masih terjalin. "Hingga saat ini tidak ada perubahan layanan OVO di platform Tokopedia dan mitra OVO lainnya," kata Head of Corporate Communication OVO Harumi Supit kepada Katadata.co.id, Selasa (18/5).
OVO akan tetap berkomitmen menjalankan strategi ekosistem terbuka, meskipun Tokopedia menyediakan layanan keuangan dari GoPay. "Kami tetap akan mengedepankan kolaborasi untuk mendorong inklusi keuangan," ujarnya.
Harumi mengatakan, hingga saat ini, selain dengan Tokopedia, OVO juga telah berkolaborasi dengan platform e-commerce lain seperti Blibli, Bhinneka.com, Zalora, hingga Lazada. OVO juga telah menjalin kolaborasi dengan ekosistem digital lainnya seperti dengan Grab, OYO, Sayurbox, HappyFresh, dan lainnya.
OVO tidak khawatir pangsa pasar dari pengguna Tokopedia berkurang setelah merger dengan Gojek. "Masyarakat Indonesia kini semakin nyaman dan cerdas dalam memanfaatkan teknologi, sehingga hal ini (merger) merupakan potensi yang luar biasa bagi OVO," ujarnya.
Hingga saat ini Tokopedia dan afiliasinya masih memiliki 41% saham di OVO. DealStreetAsia merinci, Tokopedia mempunyai 36,1% saham di induk OVO, Bumi Cakrawala Perkasa.
Lalu, co-founder Tokopedia Leontinus Alpha Edison dan William Tanuwijaya memiliki 5% melalui PT Wahana Innovasi Lestari yang diakuisisi dari Grab pada Februari 2020. Sedangkan Grab Inc menguasai 39,2% saham di induk OVO.
DealStreetAsia melaporkan seorang eksekutif yang terlibat dalam diskusi merger sempat mengatakan bahwa Tokopedia bakal menjual sahamnya di OVO setelah bergabung dengan Gojek.
Sumber Tech In Asia yang dekat dengan OVO juga menilai, OVO sudah mengurangi ketergantungannya pada ekosistem Tokopedia. Misalnya, Tokopedia kini mengandalkan program loyalitas sendiri yaitu TokoPoints alih-alih menerapkan OVO Points milik OVO.
Pengguna Tokopedia sudah mulai diarahkan menggunakan TokoPoints untuk menyimpan uang kembali (cashback) berupa poin saat berbelanja. Meskipun, cashback sebelumnya masih dapat disimpan ke OVO Point.
Terkait peralihan dari OVO Points ke TokoPoints. Senior Lead Product Manager Retention & Loyalty Tokopedia Gabriella Kawilarang tidak memerinci alasannya. Ia hanya menjelaskan bahwa perusahaan memang meluncurkan kembali program loyalitas TokoPoints. “Ini untuk meningkatkan pengalaman berbelanja pengguna dan memberikan keuntungan lebih banyak di dalam ekosistem Tokopedia," kata Gabriella kepada Katadata.co.id, April lalu (16/4).
Dalam praktiknya, TokoPoints bisa digunakan pengguna dalam menyimpan poin dari setiap pembelanjaan menggunakan metode pembayaran apapun. Poin dapat ditukar tanpa ada batas minimum atau maksimum penukaran. Selain itu, bisa digabungkan dengan promo lain seperti bebas ongkos kirim (ongkir).
OVO juga bahkan dikabarkan sedang menjajal kemitraan dengan e-commerce lain, yakni Bukalapak untuk berpisah dari Tokopedia. Langkah kemitraan itu didukung oleh langkah pemilik saham OVO, yakni Grab yang membeli 4% saham konglomerat Indonesia Elang Mahkota Teknologi (Emtek) pada April lalu.
Nilai saham yang dibeli oleh Grab disebut-sebut lebih dari Rp 4 triliun. Sedangkan Emtek memiliki saham di Bukalapak.
Mantan investor startup di modal ventura yang sekarang menjabat sebagai COO platform pembayaran lintas batas Wallex, Hiro Kiga mengatakan bahwa investasi Grab itu memiliki kepentingan strategis dalam pengembangan layanan e-commerce dan pembayaran seiring dengan Tokopedia yang terancam tidak lagi masuk ekosistem Grab.
Sedangkan, menurutnya OVO juga sangat perlu melakukan strategi bisnis untuk merebut pangsa pasar GoPay dan ShopeePay. Salah satu opsinya adalah kemitraan tambahan dengan platform e-commerce. "Kemitraan kemungkinan adalah solusi yang lebih mudah," kata Kiga dikutip dari KrAsia pada awal bulan ini (2/5).
Selain potensi menggaet kemitraan dengan Bukalapak, langkah Grab yang membeli saham Emtek juga mendekatkan potensi merger OVO dan DANA. Sebab, DANA merupakan platform fintech yang disuntik pendanaan oleh Emtek.
Kabar OVO dan DANA akan merger sebenarnya sudah berhembus sejak 2019. Pendiri sekaligus pemilik Lippo Grup Mochtar Riady mengatakan, perusahaannya menjual dua pertiga saham OVO.
Pada akhir 2019, Grab dikabarkan dalam pembicaraan untuk membeli DANA dari Emtek. Sumber Reuters juga mengatakan, Grab berencana menggabungkan OVO dengan DANA. Hal itu untuk melawan dominasi GoPay besutan Gojek.
Selain itu, peluang OVO dan DANA merger semakin kuat karena faktor Alibaba. Raksasa teknologi Tiongkok ini disebut-sebut berencana menyuntik modal Grab pada akhir tahun lalu.
Alibaba memiliki saham di DANA melalui Ant Financial. “Lebih banyak pembicaraan seperti itu (merger OVO dan DANA), mungkin menyusul (di tengah diskusi Alibaba dan Grab),” kata CEO perusahaan venture builder berbasis di Singapura, Momentum Works Li Jianggan dikutip dari ChannelNewsAsia, akhir tahun lalu.