Telkom Raup Rp 38 T dari Penjualan Data, Internet dan TI Semester I
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom mencatatkan laba bersih Rp 10,98 triliun sepanjang semester I 2020. Perolehan tersebut turun tipis 0,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai Rp 11,07 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang belum diaudit, penurunan laba bersih tersebut sejalan dengan pendapatan Telkom yang senilai Rp 66,85 triliun pada 30 Juni 2020. Angka tersebut turun 3,59% dibandingkan periode sama 2019 dengan pendapatan Rp 69,34 triliun.
Pendapatan terbesar Telkom semester I 2020 masih berasal dari penjualan data, internet, dan jasa teknologi informasi senilai Rp 37,91 triliun. Jumlah ini naik 3,05% dibandingkan semester I 2019 sebesar Rp 36,78 triliun.
Pendapatan terbesar kedua berasal dari pendapatan telepon yang senilai Rp 10,45 triliun hingga Juni 2020. Jumlah ini turun hingga 26,69% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 14,25 triliun.
Sementara itu, Telkom mampu mengantongi pendapatan dari Indihome senilai Rp 10,36 triliun sepanjang semester I 2020. Pendapatan tersebut tumbuh hingga 19,1% dari perolehan semester I 2019 senilai Rp 8,7 triliun.
Meski total pendapatannya turun, Telkom berhasil melakukan efisiensi pada operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi. Biaya yang dikeluarkan Telkom pada semester I 2020 senilai Rp 16,22 triliun. Beban ini turun hingga 25,53% dibandingkan semester I 2019 sebesar Rp 21,79 triliun.
Beban lain yang berhasil diturunkan oleh Telkom adalah beban pemasaran. Meski biayanya tidak begitu besar, beban pemasaran tercatat senilai Rp 1,45 triliun pada enam bulan pertama tahun ini atau turun 26,91% dibanding Rp 1,99 triliun pada semester I 2019.
Meski begitu, beban yang cukup besar yaitu penyusutan dan amortisasi tercatat naik 21,45% secara tahunan. Telkom harus mengeluarkan biaya senilai Rp 13,92 triliun hingga Juni 2020, sedangkan periode yang sama tahun lalu hanya senilai Rp 11,46 triliun.
Dari pendapatan yang dikurangi dengan total beban usaha Telkom, maka perusahaan telekomunikasi milik pemerintah ini mampu mengantongi laba usaha Rp 22,25 triliun pada semester I 2020. Angka ini berhasil naik tipis 0,19% dibandingkan Rp 22,21 triliun pada semester I 2019.
Meski begitu, Telkom mengantongi laba sebelum pajak penghasilan senilai Rp 20,01 triliun, turun 3,95% dibanding Rp 20,83 triliun. Hal itu disebabkan oleh biaya pendanaan Telkom yang senilai Rp 2,31 triliun, naik 12,93% dari Rp 2,05 triliun.
Telkom juga melaporkan bahwa total aset per Juni 2020 mencapai Rp 246,35 triliun, naik dibandingkan per Desember 2019 Rp 221,2 triliun. Aset lancar Telkom naik dari Rp 41,72 triliun menjadi Rp 54,95 triliun. Lalu, aset tidak lancar naik dari Rp 179,48 triliun menjadi Rp 191,39 triliun.
Sementara, jumlah liabilitas Telkom tercatat Rp 136,06 triliun per Juni 2020, naik dari Rp 103,95 triliun per Desember 2019. Liabilitas jangka pendek tercatat naik dari Rp 58,36 triliun menjadi Rp 84,82 triliun. Lalu liabilitas jangka panjang juga naik dari Rp 45,58 triliun menjadi Rp 51,24 triliun.
Pendapatan Telkom sepanjang tahun ini memang diprediksi turun karena pandemi Covid-19 yang membuat banyak sektor bisnis terganggu. Meski begitu, manajemen perusahaan berkode emiten TLKM itu optimistis dapat meraih laba.
Analis Citi memperkirakan pendapatan operator telekomunikasi di Indonesia akan berkurang 3% sampai 4% dari prediksi awal sebelum Covid-19. Dampak berkurangnya pendapatan sangat tergantung pada durasi penyebaran virus.
Sedangkan Mandiri Sekuritas memprediksi pertumbuhan pendapatan industri sektor telekomunikasi hanya sebesar 0,7%. Padahal, lembaga tersebut memprediksi pendapatan perusahaan telekomunikasi bisa tumbuh hingga 5,1%.
Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah menyebut pertumbuhan pendapatan perusahaan pada tahun ini memang tidak akan setinggi sebelumnya. "Bila kami mengacu pada perkiraan analis, sesuai dengan apa yang kami perkirakan bahwa pendapatan akan melemah tahun ini," kata Ririek dalam rapat kerja secara virtual dengan Komisi VI DPR, Selasa (5/5).
Telkom merupakan BUMN yang masuk dalam daftar merek paling berharga di Indonesia dalam jajaran Indonesia's 100 Most Valuable Brands 2019 yang dirilis oleh SWA dan Brand Finance. Berikut grafik databoks: