Plus Minus Alumni Bank Mandiri Kuasai Jabatan Petinggi Himbara
Mantan pejabat PT Bank Mandiri Tbk mengisi jabatan seluruh direktur utama bank pelat merah alias Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Terakhir, Royke Tumilaar yang merupakan Direktur Utama Mandiri sejak Desember 2019 digeser sebagai Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI).
Selain Royke, terdapat empat bankir Mandiri yang digeser ke BNI sesuai hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Rabu (2/9). Mereka yakni Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Silvano Rumantir sebagai Director Corporate Banking BNI.
Kemudian tiga orang Senior Executive Vice President (SEVP) Bank Mandiri yakni SEVP Wholesale Risk Bank Mandiri David Pirzada menjadi direktur Manajemen Risiko BNI, mantan Senior Vice President SME Banking Muhammad Iqbal menjadi Direktur Bisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) BNI. Selain itu, Novita Widya Anggraini yang ditunjuk sebagai direktur keuangan BNI, sebelumnya dia menjabat sebagai SEVP Strategy and Performance Management.
Ekonom Indef Eko Listyanto menilai Bank Mandiri memang cukup berhasil mencetak bankir-bankir yang memiliki kapasitas mengembangkan perbankan. Namun, seharusnya pemerintah tetap mempertimbangkan orang atau kader pada bank Himbara lainnya.
"Karena berasal dari satu grup, tidak mencerminkan BUMN yang komprehensif atau kolaboratif. Padahal kan, kata-kata itu yang sering dibilang oleh pemerintah," kata Eko kepada Katadata.co.id, Kamis (3/9).
Ia menilai bahwa perputaran di jajaran direksi di Himbara memang biasa, tapi menjadi terkesan eksklusif ketika semua yang terpilih untuk jajaran direksi sebagian besar hanya dari bank Mandiri. "Seolah-olah itu bank yang berhasil dan yang lainnya talent scouting-nya tidak bagus," katanya.
Eko mengatakan bahwa berpindahnya talenta-talenta Bank Mandiri tak menjamin kinerja bank pelat merah menjadi cemerlang. Terlihat dari perolehan pada semester I 2020, di mana seluruh laba bersih bank milik pemerintah mengalami penurunan.
Meski penurunan tersebut merupakan dampak dari pelemahan ekonomi karena Covid-19, namun dia menilai bahwa seharusnya nahkoda yang baik tetap bisa mengendalikan kapalnya di tengah badai. Sehingga, pembuktian apakah talenta Bank mandiri yang dipilih oleh pemerintah di Himbara sudah tepat, perlu dibuktikan lagi dengan melihat kinerja semester II 2020.
Berdasarkan laporan keuangan semester I-2020, laba bersih Bank Mandiri tercatat sebesar Rp 10,3 triliun atau turun 23,9% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya, yang mencapai Rp 13,5 triliun. Berikut grafik Databoks:
Eko menilai bahwa pada semester II 2020 ini tantangan ekonomi karena pandemi Covid-19 mulai berkurang, sehingga seharusnya Himbara mencatatkan kinerja yang lebih positif. "Kalau situasinya memburuk, menurut saya perlu ada RUPSLB lagi. Berarti terbukti menggunakan dari kelompok tertentu tidak mengatasi persoalan," katanya.
Meski begitu, Eko menilai bahwa sebenarnya ada hal positif dari penunjukkan jajaran direksi yang berasal dari satu lembaga, yakni koordinasi antar Himbara menjadi lebih cepat. "Itu mungkin yang diinginkan oleh pemerintah, sudah saling kenal. Di lain hal, ini merupakan bentuk hukuman ke pengelola bank lainnya," katanya.
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan bahwa hanya kebetulan beberapa orang yang dipilih berasal dari Bank Mandiri. Ia pun mengklaim tidak ada unsur menganakemaskan individu yang berasal dari Bank Mandiri, melainkan penunjukannya memang murni berdasarkan kapasitasnya.
"Rotasi antar BUMN itu hal biasa, tidak hanya BNI. Ini kan hanya pindah antar bank BUMN, kadang malah ada yang pindahnya antar industri," kata Arya kepada awak media, Rabu (2/9).
Sebagai pengganti sementara sebagai nahkoda Bank Mandiri, Wakil Direktur Utama Hery Gunardi mengaku berat hati karena harus melepas jajaran manajemen Bank Mandiri saat dipindah ke BNI. Namun, di samping itu, dia bersyukur bahwa SDM Bank Mandiri kembali dipercaya untuk memperkuat bank BUMN lain.
"Agar dapat bersama-sama membangun ekonomi nasional, khususnya di tengah tekanan bisnis dan ketidakpastian yang tinggi akibat dampak pandemi Covid-19.” kata Hery.
Daftar Alumni Bank Mandiri Jadi Dirut Himbara
Selain ke BNI, para alumni Bank Mandiri ini menyebar ke bank BUMN lainnya, BRI dan BTN. Berikut daftar dan rekam jejak karier mereka:
1. Dirut BNI Royke Tumilaar
Royke bergabung dengan Bank Mandiri pada 1999 melalui Bank Dagang Negara (BDN). Jabatan terakhirnya di bank tersebut sebelum dimerger menjadi Bank Mandiri adalah Senior Professional di Tim Penyelesaian Kredit di Jakarta.
Pada 2007, Royke promosi menjadi Group Head Regional Commercial Sales I sampai dengan Mei 2010 dan pada Agustus 2009 merangkap sebagai Komisaris Mandiri Sekuritas.
Pada Mei 2010, Ia menjadi Group Head of Commercial Sales Bank Mandiri Jakarta sampai dengan Mei 2011. Lalu, pada Mei 2011 ia diangkat menjadi Managing Director Treasury, Financial Institutions & Special Asset Management Bank Mandiri.
Kariernya semakin menanjak dengan ditunjuk untuk menduduki posisi Dirut Bank Mandiri melalui RUPSLB pada 9 Desember 2019. Saat itu, ia merupakan salah satu calon kuat untuk memimpin Bank Mandiri, bersama Hery Gunadi yang kemudian ditunjuk untuk mendampingi sebagai Wakil Direktur Utama.
2. Dirut BRI Sunarso
Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Sunarso, juga merupakan alumnus Bank Mandiri. Sama seperti Royke, Sunarso bergabung dengan Bank Mandiri sejak 1999 melalui Bank Dagang Negara (BDN).
Di Bank Mandiri, Sunarso mencicipi banyak jabatan hingga akhirnya dipercaya menjabat sebagai Direktur Commercial & Business Banking Bank Mandiri pada Mei 2010. Sunarso yang mengenyam pendidikan Magister Administrasi Bisnis Universitas Indonesia ini akhirnya hijrah ke BRI sebagai Wakil Direktur Utama pada Maret 2015.
Namun, Sunarso sempat dipercaya oleh pemegang saham untuk memimpin PT Pegadaian (Persero) sebagai Direktur Utama pada Oktober 2017. Sekitar dua tahun di Pegadaian, Sunarso kembali menjadi Wakil Direktur Utama BRI tepatnya Januari 2019. Tidak lama, pada September 2019, dia diberi tugas menjadi Direktur Utama BRI sampai saat ini.
3. Dirut BTN Pahala Mansury
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk punya Direktur Utama Pahala Mansury yang pernah berkarir di Bank Mandiri sejak 2003. Hanya dalam tujuh tahun, tepatnya pada 2010, Pahala dipercaya sebagai salah satu direktur Bank Mandiri. Jabatan itu dia dapat setelah menjabat sebagai EVP Coordinator Finance & Strategy and Chief Financial Officer.
Selanjutnya, pada April 2017, Pahala dipercaya menjadi Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Dia menjabat sebagai orang nomor satu maskapai pelat merah selama 17 bulan sebelum dipindahkan ke PT Pertamina (Persero) sebagai Direktur Keuangan.
Pahala menjadi Direktur Utama BTN sejak ditunjuk dalam RUPSLB pada November 2019 lalu. Posisinya ini terlebih dahulu dipercayakan kepada Suprajarto pada akhir Agustus 2019. Namun rupanya Suprajarto menolak untuk dipindahkan dari posisi Direktur Utama BRI yang kala itu dijabatnya, sehingga Pahala mengisi kekosongan itu.
Tidak hanya jajaran direksi Himbara saja, dua posisi Wakil Menteri BUMN yang merupakan pemegang saham perusahaan pelat merah, juga diisi oleh alumnus Bank Mandiri. Dua Wakil Menteri BUMN itu adalah Budi Gunadi Sadikin dan Kartika Wirjoatmodjo yang sama-sama diangkat oleh Menteri BUMN Erick Thohir sejak 2019.
Budi Gunadi Sadikin pernah menjabat sebagai Direktur Utama Bank Mandiri sejak 2013. Ia sempat mengemban tugas sebagai Staf Khusus Menteri BUMN pada 2016 dan sebelum akhirnya ditunjuk sebagai Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium pada 2017.
Sementara, Kartika yang akrab disapa Tiko, merupakan Direktur Utama Bank Mandiri menggantikan posisi yang ditinggal Budi Gunadi. Sebelumnya, Tiko merupakan Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri pada periode 2015-2016. Ia pun sempat menjadi Kepala Eksekutif dan Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan pada periode 2014-2015.