Langkah Chairul Tanjung Merawat Bisnis Bank di Bawah Satu Payung

Image title
5 November 2020, 16:01
bank harda, bank mega, akuisisi,
123rf/Vitaliy Vodolazskyy
Ilustrasi. Perusahaan Chairul Tanjung rencana mengakuisisi Bank Harda.

Perusahaan milik pebisnis Chairul Tanjung, PT Mega Corpora berencana membeli 3,08 miliar saham atau setara 73,71% sahamB ank Harda Internasional. Aksi korporasi ini akan menambah koleksi bank milik Mega Corpora, yaitu Bank Mega dengan porsi 58,01% saham, Bank Mega Syariah sebesar 99,99% dan beberapa bank daerah.

Selain Bank Mega dan Bank Mega Syariah, Mega Corpora juga memiliki saham di bank lain yaitu BPD Sulawesi Utara sebesar 24,74% dan BPD Sulawesi Tengah sebesar 24,9%. Mega Corpora juga memiliki bisnis lainnya di bidang jasa keuangan, mulai dari sekuritas, pembiayaan, asuransi umum, asuransi jiwa, aset manajemen, bahkan platform digital.

Dengan akuisisi ini, Mega Corpora tidak berencana menggabungkan Bank Harda dengan Bank Mega atau Bank Mega Syariah. "Menurut rencana Mega Corpora, Bank Harda tidak akan dimerger dengan Bank Mega," kata Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib kepada Katadata.co.id, Rabu (4/11).

Namun, Kostaman tak memberikan penjelasan lebih lanjut. Sedangkan berdasarkan informasi yang diperoleh Katadata.co.id, berbagai bank yang dimiliki Chairul Tanjung tersebut akan berdiri sendiri, namun bernaung di bawah satu induk.

Rencananya, Bank Mega yang akan diplot sebagai induk usaha bisnis bank grup CT Corp tersebut. Bahkan, tak berhenti di Bank Harda, kelompok usaha CT ini dikabarkan masih membidik bank lain, khususnya bank syariah. "Masih dalam proses negosiasi," kata seorang bankir yang mengetahui proses tersebut. 



Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardiastama menilai, Mega Corpora saat ini memang fokus meningkatkan kontribusi pada segmen jasa keuangan. Sehingga, dengan diakuisisinya Bank Harda tersebut, bisa menambah portofolio perusahaan dalam bisnis perbankan.

Okie menilai, bila Bank Mega menggabungkan Bank Harda dengan Bank Mega, maka dapat meningkatkan aset bank hasil merger. Total aset Bank Mega senilai Rp 99,23 triliun per Juni 2020. Sedangkan total aset Bank Harda tercatat senilai Rp 2,2 triliun.

Selain itu, bank hasil penggabungan berpeluang meningkatkan modal inti, sebagai langkah awal naik kelas ke bank umum kegiatan usaha (BUKU) IV yang bermodal inti minimal Rp 30 triliun.

Setidaknya, Bank Mega memiliki modal inti senilai Rp 14,73 triliun per Juni 2020, masuk BUKU III. Sedangkan modal inti Bank Harda senilai Rp 290,88 miliar per September 2020 atau masih berada pada BUKU I.

"Kami melihat ini menjadi strategi dari Bank Mega dalam jangka panjang dimana proses akuisisi tersebut tentunya menjadi salah satu jalan bagi Bank Mega menuju BUKU IV," kata Okie kepada Katadata.co.id, Rabu (4/11).

Berdasarkan keterbukaan informasi yang disampaikan oleh manajemen Bank Harda, Senin (2/11), dijelaskan, tujuan akuisisi ini untuk mendukung kebijakan perbankan Indonesia dan mengembangkan Bank Harda menjadi bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik dari segi operasional maupun permodalan.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Yuliawati
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...