Sri Mulyani Singgung Bankir Raup Untung saat Suku Bunga BI Naik
Bank sentral mengerek suku bunga hingga 200 bps pada tahun lalu sehingga suku bunga kini makin tinggi. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut bunga tinggi tersebut justru jadi berkah bagi para pelaku usaha perbankan alias bankir.
"Tapi sebetulnya saya bicara dengan para bankers, kalau bicara dengan suku bunga naik itu anda sebetulnya malah nerai-nari di atas penderitaan semua orang," ujar Sri Mulyani dalam acara CEO Banking Forum, Senin (9/1).
Dalam acara itu, ia mengingatkan para bankir untik mempersiapkan diri dengan situasi 2023 yang masih sulit.
"Beda sekali kalau bicara tentang kenaikan suku bunga terus wajah anda sepertinya lebih bahagia. Selama ibu bisa mengelola dan menstabilkan ekonomi suku bunga naik it's fine with us bu, begitu kan?" katanya.
Namun, dia menyebut kenaikan suku bunga bakal membebani perekonomian. Kenaikan suku bunga artinya bunga pinjaman ke bank juga makin mahal. Ini akan mempengaruhi minat masyarakat dan pelaku usaha dalam konsumsi dan investasi. Walhasil akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi secara luas.
Tren suku bunga tinggi yang terjadi saat ini terjadi di tengah tekanan inflasj yang meningkat. Tanda-tanda kenaikan inflasi di dalam negeri sudah terjadi sejak pertengahan tahun lalu yang kemudian direspons oleh Bank Indonesia dengan kenaikan bunga 25 bps pada Agustus.
Kenaikan bunga kemudian dilipatgandakan menjadi 50 bps pada September setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM yang memicu lonjakan inflasi pada bulan tersebut. Inflasi nyaris menyentuh 6% dan bank sentral mengantisipasi dampak putaran keduanya terhadap kenaikan inflasi inti.
Ketika itu kenaikan bunga 50 bps diambil selama tiga bulan beruntun sebelum akhirnya mulai melonggarkannya dengan kenaikan 25 bps pada Desember. Suku bunga acuan BI saat ini berada pada 5,5%.
Sejumlah perkiraan ekonom melihat kenaikan suku bunga acuan BI masih akan berlanjut hingga awal tahun ini. BI juga beberapa kali mengulang pernyataannya bahwa kenaikan bunga dilakukan secara terukur sebagai upaya front loaded, pre-emptive, dan forward looking memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi dan inflasi.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengatakan, inflasi inti masih berada pada tren kenaikan meski inflasi secara keseluruhan mulai turun. Ini seiring aktivitas manufaktur yang juga tetap ekspnasif karena permintaan domestik masih kuat.
"Karena itu, kami perkiraan BI akan melanjutkan siklus kenaikannya hingga puncaknya 6,25% pada akhir kuartal pertama tahun depan," kata Irman dalam keterangannya, Kamis (22/12/2022).