Memaksimalkan Big Data untuk Menunjang Strategi E-commerce

Indah Mustikasari
Oleh Indah Mustikasari
4 November 2018, 07:00
Indah Mustikasari
Ilustrator: Betaria Sarulina | Katadata

Konsep big data semakin santer digaungkan seiring dengan perkembangan teknologi. Kini data tak lagi eksklusif milik kalangan eksakta, tapi juga mulai dipelajari oleh lingkungan yang lebih luas.

Seiring tumbuhnya ekosistem bisnis berbasis online seperti e-commerce, pengolahan big data layak menjadi salah satu sorotan utama untuk menganalisis kebutuhan dan keputusan yang tepat. Pengolahan data yang tepat akan memberikan akurasi yang tinggi untuk memprediksi tren pasar. Selanjutnya, bagaimana cara mencari peluang untuk mengembangkan bisnis.

Di dunia e-commerce, big data memegang peran penting untuk menganalisis konsumen, operasional, potensi pasar, hingga inovasi produk. Analisis data ini memberikan framework secara keseluruhan mengenai profil konsumen dan potensi yang dapat digali sebagai strategi pengembangan bisnis.

Salah satu implementasinya, data konsumen dikumpulkan dari interaksi mereka di dalam website e-commerce yang kemudian dianalisis untuk memaksimalkan strategi konversi penjualan.

(Baca juga: Tokopedia dan Bukalapak Dominasi Pasar E-Commerce Indonesia)

Tidak hanya strategi yang semakin inovatif, investasi dalam pengolahan data ini juga menjanjikan efisiensi, meningkatkan profit, dan juga loyalitas konsumen. Berikut beberapa analisis data yang dapat menunjang strategi e-commerce:

Meningkatkan Pengalaman Belanja Konsumen

Salah satu hal krusial untuk meningkatkan loyalitas konsumen adalah dengan memberikan pengalaman belanja yang memuaskan.

Contohnya, saat konsumen mengunjungi sebuah website, mereka tidak hanya berniat untuk langsung berbelanja, tapi juga mencari-cari insight produk apa yang kira-kira mereka butuhkan. Dengan data, pelaku e-commerce dapat memberikan rekomendasi produk yang sesuai dengan minat konsumen berdasarkan histori pencariannya.

Tidak hanya itu, analisis data juga berguna untuk mengevaluasi alur belanja konsumen dari mereka datang hingga keluar dari website. Contohnya adalah mengeavaluasi testing yang dilakukan untuk mengetahui mana fitur yang paling nyaman digunakan oleh konsumen. Misal interaksi filter yang seperti apa yang paling digunakan, apakah navigasi halaman sudah cukup jelas bagi mereka, dan sebagainya.

Kepuasan pengalaman belanja konsumen tentu sangat berpengaruh bagi keputusan mereka untuk kembali ke e-commerce tersebut atau tidak.

Personalisasi Belanja Berdasarkan Minat Konsumen

Sejalan dengan meningkatkan pengalaman belanja, data yang terkumpul di dalam platform e-commerce juga bisa memberikan strategi promosi yang lebih baik dengan melakukan personalisasi belanja.

Misal data histori konsumen yang sudah terdaftar dianalisis kategori produk apa yang paling diminati. Ketika ada promosi belanja online seperti 11/11 atau Harbolnas (Hari Belanja Online Nasional), pelaku e-commerce bisa melakukan personalisasi untuk hanya memberikan diskon-diskon yang relevan bagi konsumen terdaftar.

(Baca juga: Shopee dan Lazada Gencar Gelar Pesta Diskon Jelang Akhir Tahun)

Channel yang paling umum untuk mendistribusikan personalisasi diskon/promosi ini adalah melalui EDM, sosial media, dan notifikasi mobile app. Dengan memberikan promosi yang relevan kepada target sasaran yang tepat tentu menjadi strategi yang paling efektif untuk memaksimalkan konversi pembelian.

Meningkatkan Inovasi E-commerce

Inovasi merupakan harga mati di dalam bisnis untuk tetap fleksibel terhadap perubahan tren. Inovasi juga bertindak untuk meramalkan kondisi pasar ke depannya dan menjaga konsumen agar tetap loyal.

Dengan analisis big data, bisnis e-commerce dapat melihat kecenderungan konsumen di waktu-waktu tertentu. Kecenderungan perilaku inilah yang dimanfaatkan untuk menggagas inovasi yang lebih tepat sasaran.

Misalnya, jika dulu diskon konvensional hanya berupa potongan harga, sekarang promosi menjelma menjadi bentuk-bentuk yang inovatif dan engaging. Di dalam aplikasi kini tersedia promo cashback, flash sale, kuis di sosial media, hingga games. 

Grafik:

Terbukti, berdasarkan studi Snapcart di bulan Ramadan lalu menemukan bahwa 33% konsumen menyukai promo cashback, 22% menyukai flash sale, 21% games di dalam aplikasi (contoh: shake-shake), dan 17% diskon konvensional.

Data Snapcart tersebut menunjukkan bahwa inovasi sangat penting untuk menjaga engagement konsumen. Perilaku belanja konsumen pun tidak serta merta stagnan tapi akan terus berubah seiring dengan perkembangan jaman. Inilah yang menjadi pekerjaan rumah pelaku e-commerce untuk tetap relevan.

Perang Strategi E-commerce yang Kian Sengit

Indonesia adalah negara dengan pasar online terbesar di Asia Tenggara. Tidak heran banyak pemain e-commerce yang begitu agresif untuk menarik pelanggan.

Tren belanja online semakin meningkat tiap tahunnya, tidak hanya dipengaruhi oleh kemelekan pengguna terhadap teknologi dan pembayaran online, tapi juga eksposur promosi besar-besaran dari pelaku e-commerce.

Kemajuan e-commerce ini memang diprediksi akan terus naik dari tahun ketahun. Bahkan Chief Marketing Officer Lazada Achmad Alkatiri kepada Okezone.com memperkirakan kejayaan toko online akan berlangsung dua hingga tiga tahun mendatang.

Perang strategi pun kian sengit mengingat banyaknya pesta belanja online akhir tahun seperti 11/11 atau Single’s Day, 12/12 atau Harbolnas, dan juga promo Natal dan Tahun Baru. Setidaknya, bagi Lazada yang kerap berada di urutan lima besar peta e-commerce Indonesia, pasti sudah menyiapkan amunisinya untuk menarik pengunjung sebanyak-banyaknya.

Kreativitas memang penting untuk menciptakan strategi marketing dan promosi yang wow dan booming. Namun dengan mengadopsi peran big data, pelaku e-commerce dapat memutuskan lebih akurat mana strategi yang paling efektif dari segi biaya untuk memaksimalkan potensi keuntungan setinggi-tingginya.

Bagi pelaku e-commerce besar, pemanfaatan big data mungkin bukanlah hal yang baru. Namun ini menjadi tantangan besar bagi pemain kecil dan para pemula, karena dibutuhkan pendekatan yang lebih terstruktur dalam mengumpulkan data dan menganalisisnya.

CEO Blibli Kusumo Martanto menjelaskan kepada Dailysocial bahwa infrastruktur dan SDM adalah tantangan utama bagi pelaku e-commerce untuk mengadopsi big data. Konsistensi dan kedisplinan pemanfaatan big data menjadi tantangan yang patut diberi perhatian lebih.

Selain itu investasi terhadap pengolahan data tentu dapat berbenturan dengan prioritas lainnya terutama bagi pemain kecil. Namun mengingat pengembalian hasil yang menjanjikan untuk strategi bisnis yang lebih matang, tidak ada salahnya bila para pemain kecil untuk mulai mempelajarinya.

Meningkatnya awareness dalam pemanfaatan data pun diprediksi membuat setiap pelaku bisnis online tertarik untuk menguasainya, terutama untuk memprediksi tren pasar dan mengambil keputusan tepat untuk memenangi market share lebih banyak.

Peran big data ini juga merangsang inovasi layanan e-commerce yang lebih berkualitas dan meningkatkan competitive advantage. Persaingan e-commerce yang semakin bergengsi juga menumbuhkan ekosistem bisnis yang sehat dan mengurangi potensi monopoli pasar.

Pihak yang paling diuntungkan tentu konsumen itu sendiri karena membuat mereka memiliki banyak pilihan layanan berkualitas dengan kepuasan belanja online yang maksimal.

Indah Mustikasari
Indah Mustikasari
Senior Content Marketer
Editor: Yuliawati

Catatan Redaksi:
Katadata.co.id menerima tulisan opini dari akademisi, pekerja profesional, pengamat, ahli/pakar, tokoh masyarakat, dan pekerja pemerintah. Kriteria tulisan adalah maksimum 1.000 kata dan tidak sedang dikirim atau sudah tayang di media lain. Kirim tulisan ke opini@katadata.co.id disertai dengan CV ringkas dan foto diri.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...