Pertamina Gandeng Tiga Perusahaan Migas Asing untuk Revitalisasi Kilang
KATADATA ? PT Pertamina (Persero) menggandeng tiga perusahaan asing untuk merevitalisasi lima kilang yang dimilikinya. Perusahaan pelat merah tersebut menargetkan kapasitas pengolahan minyak mentah kelima kilang tersebut meningkat dari 820 ribu barel per hari (bph) menjadi 1,68 juta bph pada 2025.
Ketiga perusahaan minyak dan gas bumi (migas) tersebut antara lain, Saudi Aramco, JX Nippon Oil & Energy Corporation, dan China Petroleum & Chemical Corporation (Sinopec) Pte. Ltd. Penandatanganan nota kesepahaman kerjasama tersebut dilakukan Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi dengan perwakilan dari ketiga perusahaan.
Menurut Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto, peningkatan kapasitas kilang merupakan upaya untuk menjamin keamanan energi dalam jangka panjang. Adapun peningkatan kapasitas lima kilang tersebut dilakukan dengan konsep Refining Development Master Plan (RDMP).
Pertamina menargetkan, lewat revitalisasi kilang produksi bensin akan meningkat 3,3 kali lipat dari 190 ribu bph menjadi 630 ribu bph. Kemudian produksi diesel akan meningkat 2,4 kali dari 320 ribu bph menjadi 770 ribu bph, sedangkan produksi avtur akan meningkat dari 50 ribu bph menjadi 120 bph.
(Baca: Siapkan Capex US$ 5 Miliar, Pertamina Akan Lebih Ekspansif pada 2015)
Dwi menjelaskan, proses pemilihan ketiga perusahaan tersebut sebagai mitra strategis RDMP sudah berlangsung lama. Ketiga perusahaan tersebut juga lolos seleksi dari 400 perusahaan yang mengikuti tender, dengan pertimbangan segi keuangan, operasional, dan evaluasi strategis.
Ketiga perusahaan akan dibagi berdasarkan kilang yang ada. Saudi Aramco mendapatkan peluang dan kesempatan mengembangkan kilang Dumai, Cilacap, serta Balongan. Sedangkan Sinopec terpilih untuk kilang Plaju, dan Nippon Oil untuk kilang Balikpapan.
Kelima kilang tersebut memiliki fase yang berbeda untuk melakukan peningkatan kapasitas kilang. Keempat kilang yakni Balongan, Cilacap, Balikpapan, dan Plaju memiliki jangka waktu 2018 sampai 2022. Sedangkan kilang Dumai memiliki jangka waktu 2021 sampai 2025.
Dwi juga mengatakan ekspansi dan peningkatan kapasitas kilang tersebut membutuhkan investasi sekitar US$ 25 miliar selama 10 tahun ke depan. (Baca: Pemerintah Berencana Tak Tagih Dividen Pertamina Tahun Depan)
Di tempat yang sama Direktur Pengolahan Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, peningkatan kapasitas lima kilang tersebut hanya untuk menutupi kekurangan kebutuhan minyak saat ini. ?Sementara untuk menutupi kebutuhan minyak karena pertumbuhan ekonomi 6 persen per tahun, akan ditutup dengan pembangunan kilang baru,? ujarnya.
Setelah penandatanganan MoU, Pertamina dan mitra strategis berencana untuk membentuk tim bersama guna mengevaluasi kelayakan proyek. Sekaligus mengembangkan rencana pemasaran dan keuangan, yang diperlukan untuk mendukung investasi.
Pertamina dan para mitra menargetkan penyelesaian Front End Engineering Design (FEED) untuk proyek kilang dalam kurun waktu 2015-2016.