Ekspor Turun, Belanja Pemerintah Jadi Andalan

Aria W. Yudhistira
24 Agustus 2015, 10:16
Katadata
KATADATA
Menteri Koordinator BIdang Perekonomian Darmin Nasution bersama Kepala BKPM, Franky Sibarani saat meninjau Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) di Gresik, Jawa Timur, Minggu, (23/08).

KATADATA ? Pemerintah mengaku sulit untuk mengembalikan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Terlebih di tengah perlambatan ekonomi yang berimbas terhadap pelemahan nilai tukar rupiah.

Menteri Koordinator BIdang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah mendorong kinerja ekspor. Persoalannya, di tengah menurunnya harga komoditas membuat daya saing ekspor Indonesia juga turun. Padahal, lewat ekspor diharapkan dolar Amerika Serikat (AS) bisa mengalir masuk ke tanah air sehingga membuat rupiah menguat.

?Padahal kurs itu akan bisa lebih tenang, kalau banyak uang masuk dari luar. Sekarang uang masuk nggak banyak dari  luar kalau berdasarkan ekspor,? kata dia di Gresik, Jawa Timur, kemarin. (Baca: Sinyal Mengkhawatirkan dari Data Perdagangan)

Alhasil, pemerintah harus mengambil cara lain untuk mengatasi hal tersebut. Satu-satunya cara yang masih tersedia adalah dengan mempercepat pengeluaran pemerintah, terutama yang bisa dipakai untuk pembangunan infrastruktur.(Baca: Hingga Agustus, Kementerian PU Targetkan Serap 30 Persen Anggaran)

?Pemerintah harus ambil langkah-langkah, tidak bisa sekadar menunggu ekspor datang dananya. Oleh karena itu beberapa proyek besar lagi coba didorong untuk dipercepat, supaya dana bisa bisa masuk,? ujar dia.

Menteri Perdagangan Thomas Lembong sebelumnya mengatakan, pemerintah bersiap mengantisipasi serbuan barang impor dari Cina. Ini sejalan dengan langkah Cina yang mendevaluasi mata uangnya dua pekan lalu. Salah satunya adalah dengan mendorong substitusi impor barang modal. (Baca: Rupiah di Tengah ?Perang Kurs? Global)

Lembong mengatakan, pihaknya bersama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dan Kementerian Perindustrian akan memetakan komoditas apa yang paling dibutuhkan Cina dari Indonesia. Oleh sebab itu dia menjelaskan bahwa saat ini yang diperlukan adalah investasi yang sangat besar di Indonesia.

?Kami pelajari apa permintaan dari mereka (Cina) karena industri Cina ini berubah drastis sekali," kata Lembong di kantornya, Jakarta, Rabu (20/8).

Reporter: Arnold Sirait
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...