Target Penjualan Pertalite Tahun Depan 3 Juta Kiloliter
KATADATA - PT Pertamina (Persero) menargetkan penjualan bahan bakar minyak (BBM) jenis bensin Pertalite mencapai 3 juta kiloliter tahun depan. Untuk mencapai target tersebut, Pertamina akan menambah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) yang akan menjual produk tersebut mencapai 2.000 unit di seluruh Indonesia pada akhir tahun ini.
Saat meluncurkan Pertalite pada Juli lalu, PT Pertamina (Persero) sempat menargetkan penjualan produk bensin yang baru ini bisa mencapai 2,9 juta – 5,8 juta kiloliter per tahun. Target ini kemungkinan baru akan terealisasi tahun depan. Tahun ini kemungkinan penjualan Pertalite baru akan mencapai 2 juta kiloliter.
"Setidaknya kami ingin target penjualan Pertalite 3 juta kiloliter tahun depan," kata Direktur Hilir Pertamina Ahmad Bambang kepada Katadata, Rabu (18/11).
Ahmad mengatakan perbedaan harga yang tidak terlalu besar membuat pengguna Premium beralih ke Pertalite. Hingga saat ini Pertalite yang baru diluncurkan Juli lalu, telah berhasil mengambil 12 persen pengguna Premium. (Baca: Jokowi Terbitkan Perpres Percepat Konversi BBM ke Gas)
Dengan peralihan ini komposisi penjualan Premium dari total penjualan bensin pun berkurang hingga 13 persen. Sebelum ada Pertalite, porsi Premium mencapai 80 persen total bensin yang dikonsumsi di Indonesia. Saat ini porsi BBM yang sudah tidak lagi disubsidi ini sudah mencapai 67 persen. Kemungkinan hingga akhir tahun, porsinya kembali berkurang menjadi 65 persen.
Berkurangnya penggunaan Premium akan membuat impor bahan bakar tersebut turun. Pertamina mencatat hingga Oktober lalu, impor Premium sudah turun hingga 37 persen. Tahun depan, kata Ahmad, kemungkinan impor Premium bisa turun lagi sebesar 30 persen.
Mulai beroperasinya kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) dan proyek RFCC Kilang Cilacap, juga akan mengurangi impor BBM secara keseluruhan. Ahmad tidak menyebutkan berapa besar total pengurangan impornya. Dia hanya menyebut tahun depan Indonesia sudah tidak lagi mengimpor Solar, bahkan produksinya bisa surplus 400 ribu barel. Sementara Pertalite dan Pertamax masih bisa diproduksi di dalam negeri dan tidak perlu impor.