Konsumsi Rendah, Subsidi Solar Hemat Rp 3 Triliun

Safrezi Fitra
8 Desember 2015, 18:47
solar
Arief Kamaludin | Katadata

KATADATA - Penyerapan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar subsidi tahun ini diperkirakan lebih rendah dari kuota. Pemerintah memprediksi penyerapannya hingga akhir tahun hanya akan mencapai 14 juta kiloliter (kl). Sementara kuota yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Perubahan (APBN-P) 2015, sebesar 17 juta kl.

Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Migas Andy Noorsaman Sommeng mengatakan kuota solar subsidi tahun ini bisa surplus hingga 3 juta kl. Dampaknya, hal ini bisa menghemat belanja subsidi tahun ini. “Uang negara bisa dihemat sekitar Rp 3 Triliun," ujarnya kepada  Katadata, Selasa (8/12). (Baca: Bulan Depan, Impor Premium Bisa Berkurang 30 Persen)

Fenomena rendahnya penyerapan BBM tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang selalu melebihi kuota. BPH Migas mencatat rata-rata konsumsi solar bersubsidi meningkat setiap tahunnya hingga 5 persen. Tahun ini malah turun hingga 13 persen.

Menurut Andi, rendahnya penyerapan solar subsidi tahun ini dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya dampak dari kebijakan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti yang melarang kapal nelayan di atas 30 gross ton (GT) menggunakan solar subsidi. Tingkat penyelewengan solar bersubsidi pun berkurang, karena selisih harganya solar nonsubsidi yang tidak terlalu jauh.

Di sisi lain, konsumsi solar secara keseluruhan memang berkurang tahun ini karena adanya kewajiban pencampuran biodiesel hingga 15 persen alias kebijakan B25. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat impor solar dalam 10 bulan tahun ini turun hingga 87 persen. (Baca: Tak Campur Biodiesel, Penyalur BBM Terancam Denda Rp 6 Ribu per Liter)

Tahun depan Pertamina memperkirakan Indonesia sudah tidak lagi mengimpor solar. Bahkan produksi solar bisa surplus hingga 400.000 barel per hari. Surplus akan terjadi karena adanya kebijakan B20 dan mulai mulai masifnya program konversi BBM ke gas.

Pemerintah masih mengkaji apakah kelebihan produksi ini akan diekspor atau untuk dimanfaatkan di dalam negeri. Menurut Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Edwin Hidayat Abdullah, Pertamina keberatan jika surplus tersebut diekspor.

“Kalau diekspor value-nya (nilai) jadi kurang optimal, sehingga harus dicari produk turunan yang lebih menguntungkan,” ujarnya kepada Katadata, Rabu (2/12). 

Solar ini bisa diolah kembali menjadi produk lain yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan usaha hulu migas. Nantinya solar yang sudah dihasilkan akan dikonversi menjadi produk lain semacam pelumas, yang biasa digunakan untuk pengeboran dan eksplorasi migas. Dengan pemanfaatan ini, Indonesia bukan hanya terbebas dari impor solar, melainkan impor produk pelumas tersebut.

Reporter: Anggita Rezki Amelia
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...