Kejatuhan Harga Komoditas Hantam Konsumsi Masyarakat
KATADATA - Rendahnya harga komoditas menahan konsumsi rumah tangga tumbuh lebih tinggi. Pemerintah menyatakan hal ini mempengaruhi pendapatan masyarakat khususnya bagi penghasil komoditas. (Baca: Ekonomi Kuartal IV-2015 Melonjak Berkat Belanja Pemerintah).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan penghasil komoditas tersebut banyak tersebar di luar Pulau Jawa seperti Kalimantan dan Sumatera. Karena itu, konsumsi rumah tangga di wilayah tersebut juga menurun. Tetapi menurut dia, pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal keempat tidaklah buruk. Secara tahunan atau year on year, konsumsi Desember 2015 tumbuh 4,92 persen. Meski demikian, dari sisi pertumbuhan per kuartal nilainya menurun.
Senada dengan Darmin, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menilai penurunan konsumsi rumah tangga lebih dipicu oleh melemahnya harga komoditas. Namun, kenaikan investasi pemerintah di triwulan terakhir tahun lalu akan terasa pada kuartal pertama 2016. “Jadi konsumsi (melambat) itu memang dampak dari perlambatan itu sendiri,” kata dia di kantornya, Jakarta, Jumat, 5 Februari 2016.
Bambang percaya, pada empat bulan pertama tahun ini konsumsi rumah tangga akan terdongkrak lagi. Hal ini dipicu oleh meningkatnya belanja pemerintah. Begitu pula efek lanjutan dari investasi pada akhir tahun lalu. (Baca juga: Ada 4 Stimulus, Ekonomi 2016 Diperkirakan Bisa Tumbuh 5,2 Persen).
Hari ini, Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan masing-masing 5,45 persen, 3,54 persen, 8,18 persen dan 1,31 persen. Sedangkan Bali dan Nusa Tenggara tumbuh 10,29 persen. Sementara itu, Maluku dan Papua naik 6,62 persen.
Kepala BPS Suryamin mengatakan pertumbuhan tinggi di wilayah timur karena ada pembangunan infrastruktur di daerah tersebut. Meski demikian, namun dampaknya terhadap daya beli masyarakat diperkirakan baru terasa pada awal tahun ini.
Sementara itu, Lana Soelistiangsih, ekonom dari Samuel Asset Management, berpandangan bahwa melambatnya konsumsi ini mencerminkan penurunan pendapatan. Konsumsi rumah tangga yang masih bisa tumbuh 4,92 persen, menurut dia, lebih karena masyarakat menggunakan tabungannya. Hal itu terlihat dari menurunnya simpanan tabungan masyarakat. (Lihat pula: Hadapi Tiga Masalah Besar, IMF Pangkas Proyeksi Ekonomi Dunia).
Lana melihat perlambatan konsumsi rumah tangga kuartal keempat dibandingkan triwulan sebelumnya pada 2015 disebabkan oleh pola per kuartalan. Yakni karena ada Idul Fitri pada kuartal ketiga. Oleh karena itu, pertumbuhan konsumsi pada kuartal keempat 2015 hanya 0,01 persen dibanding kuartal sebelumnya atau quarter to quarter. Padahal, pada kuartal ketiga naik 3,53 persen.