Pertamina Incar Minyak Murah dari 7 Negara
KATADATA - PT Pertamina menjajaki kerja sama dengan sejumlah negara untuk mendapatkan minyak mentah dengan harga paling ekonomis. Oleh karena itu, Pertamina tengah melakukan pembicaraan dengan tujuh negara. Upaya ini juga untuk memperluas mitra kerjasama perusahaan pelat merah itu.
“Negara tersebut adalah Iran, India, Azerbaijan, Rusia, Irak, Libya, dan Nigeria,” kata Vice President Crude Product Trading & Comercial Integrated Supply Chain (ISC) Perramina Hasto Wibowo di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Jumat, 11 Maret 2016. (Baca: Pertamina Bidik Produksi Minyak di Aljazair Naik 45 Persen Pada 2019).
Hasto menyatakan Pertamina sedang melakukan pembicaraan intensif terutama dengan Iran dan Libya, dua negara yang sanksi produksi minyaknya baru dicabut. Setelah Amerika mencabut sanksi tersebut, kedua negara ini berlomba-lomba menjual minyak mentahnya. Inilah yang membuat Pertamina tertarik karena bisa mendapatkan harga lebih murah dibandingkan dengan negara lain.
Dari ketujuh negara tersebut, Pertamina telah meneken kerja sama dengan Azerbaijan. Melalui perusahaan Sokar, Azerbaijan memasok minyak mentah ke Indonesia sebanyak 950 ribu barel per bulan. Minyak mentah tersebut diolah di Kilang Balikpapan. Kerja sama ini dimulai sejak terbentuknya ISC ini, sekitar Maret 2015. (Baca juga: Indonesia Dapat Diskon Beli Elpiji dari Iran).
Menurut Hasto, Pertamina terus menjajaki sejumlah pihak yang ingin bermitra. Setidaknya telah ada 100 vendor yang mendaftar untuk pemasok minyak ke Pertamina. Namun, badan usaha energi ini masih mengkajinya. “Makanya 100 ini lagi kami godok. Ada beberapa (yang berpotensi), tapi belum kami umumkan,” ujar Hasto.
Meskipun demikian, Hasto berharap seleksi ini rampung dalam waktu dekat. Targetnya, satu bulan ke depan Pertamina bisa merilis hasilnya. Menurut Hasto, Iran dan Libya merupakan dua negara yang berpotensi besar menjadi mitra Pertamina selanjutnya.
Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral juga mendorong Pertamina untuk mengakuisisi blok-blok migas di negara kawasan perbatasan Asia Barat dan Eropa tersebut. Alasannya, cadangan minyak di negara-negara itu cukup besar, lebih dari 50 juta barel.
Selain itu, “Biaya untuk produksi di Azerbaijan tidak terlalu tinggi,” ujar Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I.G.N. Wiratmaja Puja di Gedung DPD Jakarta, Senin awal pekan ini. Namun, dia tidak menjelaskan dengan rinci berapa biaya produksi minyak di negara tersebut. (Baca: Pemerintah Dorong Pertamina Akuisisi Blok Migas di Azerbaijan).
Pemerintah memang terus mendorong Pertamina masuk ke blok yang sudah berproduksi dan berstatus belum berproduksi atau greenfield. Hal ini seperti yang dilakukan Petronas. Perusahaan minyak negara (NOC) Malaysia itu masuk ke blok migas yang sudah berproduksi dan bekerjasama dengan NOC Azerbaijan. Kepemilikannya tidak perlu sampai 100 persen.