Jadi Opsi Terakhir, Pengembangan Energi Nuklir Tunggu 2025
KATADATA - Pemerintah tidak menutup kemungkinan mengembangkan energi nuklir di Indonesia. Namun, pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir ini merupakan opsi terakhir dan membutuhkan waktu yang panjang.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang disusun pemerintah masih mengakomodasi energi nuklir. Namun, itu tidak menjadi prioritas. Dalam cetak biru energi nasional tersebut, pemerintah akan mendahulukan pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) dibandingkan energi nuklir. (Baca: Penetapan Cetak Biru Energi Nasional Terganjal Isu Nuklir)
Pemerintah harus mengejar target penggunaan EBT sebesar 23 persen dari total penggunaan energi Indonesia pada 2025 mendatang. Target tersebut akan terus dievaluasi. Jika sampai 2025 penggunaan energi terbarukan masih tidak bisa memenuhi kebutuhan energi nasional, pemerintah segera menyiapkan peta jalan pengembangan nuklir. “Nuklir masih dalam payung kebijakan energi nasional, tapi masih menjadi opsi terakhir,” kata dia di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (18/3).
Meski menjadi pilihan terakhir untuk pemanfaatan energi, pemerintah terus mendukung pengembangan teknologi nuklir. Pemanfaatan nuklir sebagai energi alternatif memang masih menjadi polemik. Untuk itu perlu kajian yang matang sebelum menetapkan nuklir sebagai energi alternatif.
(Baca: Nuklir Penopang Energi Asia)
Di sisi lain, pembangunan reaktor nuklir tidak semahal pengembangan energi terbarukan lainnya. Selain itu, tenaga yang dihasilkan dianggap lebih stabil. Eenergi nuklir juga diklaim lebih bersih dan ramah lingkungan karena menggunakan uranium dibandingkan penggunaan bahan bakar fosil. Pemanfaatan energi berbasis tenaga atom sejauh ini telah mengurangi emisi karbon dunia pada kisaran 2,5 miliar ton dari total emisi dunia sekitar 50 miliar ton per tahun. Sedangkan reaktor nuklir telah memenuhi 12 persen kebutuhan tenaga listrik dunia.
Walau memiliki berbagai kelebihan, pengembangan nuklir tetap menimbulkan kekhawatiran. Apalagi pasca gempa dan tsunami Jepang 2011 yang melelehkan reaktor Fukushima Daiichi. Pasca tragedi itu, pemerintah Jepang menutup belasan reaktor dan beralih ke sumber energi lain. (Baca: Pembangunan Pembangkit Nuklir Merupakan Amanat Undang-Undang)
Kepala Pusat Studi Energi Universitas Gadjah Mada Deendarlianto menganggap PLTN adalah sumber alternatif energi yang aman. Anggapan tersebut berdasarkan hasil riset yang disusunnya sejak 2000 sampai 2015. "Secara internasional dinyatakan bahwa mulai dari reaktor generasi kedua plus, sampai generasi keempat itu (teknologi nuklir) sudah dalam kondisi aman," ujar dia.