Pertamina Siap Pasarkan 30 Ribu Kiloliter Solar Jenis Baru
KATADATA - PT Pertamina (Persero) berencana meluncurkan solar jenis baru pada pertengahan April nanti. Produk tersebut diharapkan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk memilih jenis Bahan Bakar Minyak (BBM) yang sesuai dengan kebutuhannya.
Vice President Fuel Marketing Pertamina Afandi mengatakan, solar jenis baru ini nantinya akan bernama Dexlite. Saat ini, Pertamina masih memproses pengusulan nama itu kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk mendapatkan merek dagang. Dengan begitu, tidak ada risiko hukum di kemudian hari.
Pada tahap awal, Dexlite hanya dijual di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). Volume yang disiapkan saat peluncuran sebanyak 1.500 kiloliter. Sedangkan target penjualan sampai akhir tahun ini sebesar 30 ribu kiloliter. “Kalau sudah bagus pasarnya nanti bisa ditambah,” kata dia kepada Katadata, Kamis (31/3).
Produk baru ini nantinya memiliki bilangan cetane 51. Cetane merupakan ukuran tingkat kepekaan terhadap pembakaran. Bilangan Cetane Dexlite ini lebih tinggi dibandingkan solar bersubsidi yang hanya 46 sampai 48. Tapi angka ini juga lebih rendah dari bilangan cetane milik Pertamina Dex sebesar 53.
(Baca: Harga Minyak Rendah, Pemerintah Berencana Cabut Subsidi Solar)
Selain itu, Dexlite memiliki kandungan sulfur maksimal 1.200 ppm. Menurut Affandi, kendaraan yang bisa menggunakan bahan bakar ini adalah mobil mesin diesel common rail tipe lama. “Seperti Pajero, Fortuner dan lain-lain,” ujar dia.
Terkait harga jual, Pertamina belum mematok besarannya. Namun, Affandi menaksir harga Dexlite sekitar Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per liter. Ini lebih mahal dibandingkan harga solar subsidi per 1 April ini yang sebesar Rp 5.150 per liter.
Menurut Afandi, tujuan Pertamina meluncurkan Dexlite adalah membuat variasi BBM jenis solar menjadi lebih banyak. Jadi, masyarakat dapat memilih solar dengan kualitas yang lebih baik daripada solar bersubsidi. Namun, harganya pun lebih terjangkau ketimbang produk solar premium.
Kalau tujuan itu tercapai, akan turut mengurangi beban subsidi. Tahun ini, sesuai Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2016, Pertamina mendapat penugasan untuk menyalurkan solar bersubsidi sebanyak 15 juta kiloliter. Menurut Afandi, konsumsi solar subsidi tiap bulan mencapai 1 juta kiloliter.
(Baca: Terkendala Merek Dagang, Solarlite Berubah Jadi DEXlite)
Rencana peluncuran produk baru ini sebenarnya sempat mendapat tentangan dari mantan anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas Fahmi Radi. Menurut dia, Dexlite sama halnya dengan BBM jenis Premium dan Pertalite, yang tidak memiliki acuan harga di pasar internasional. Sebab, kadar oktan atau cetane pada BBM itu tidak ada padanannya di luar negeri. Hal inilah yang berpotensi memicu penggelembungan harga sehingga bisa menjadi lahan baru bagi mafia migas untuk memburu rente. Untuk mencegah permainan mafia migas, Pertamina harus transparan dalam menetapkan harga jual Solarlite.
(Baca: Tanpa Acuan, Solarlite Berpotensi Munculkan Pemburu Rente)
Di sisi lain, Fahmy tidak mempermasalahkan kehadiran Solarlite menjadi opsi masyarakat selain Solar bersubsidi. “Asal bukan sebagai pengganti Solar bersubsidi. Pemerintah tidak boleh mencabut subsidi Rp 1.000 per liter pada Solar,” katanya.