Pertamina Incar Blok Migas di Rusia
Perusahaan minyak dan gas negara, PT Pertamina, tergiur untuk mengelola blok migas di Rusia. Alasannya potensi cadangan minyak dan gas di Negeri Beruang Merah tersebut sangat besar sehingga dapat menambah produksi Pertamina.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan saat ini sudah ada beberapa anggota tim Direktorat Hulu Pertamina yang berangkat ke Rusia. Tujuannya untuk melihat ruang data atau data room blok migas yang ada di negara tersebut. (Baca: Pemerintah Dorong Pertamina Akuisisi Blok Migas di Azerbaijan).
Setelah melihat dan mengkaji ruang data, dalam kurun waktu dua minggu ke depan, Pertamina mentargetkan sudah memiliki gambaran aset-aset minyak di Rusia yang bisa dikelola. "Rusia punya cadangan yang masih besar, tim hulu Pertamina sangat tertarik dengan aset di sana," kata Wianda dalam berbincang dengan wartawan di Jakarta, Kamis, 28 April 2016.
Dari segi pendanaan, Pertamina sudah menyiapkannya. Setiap tahun, Badan Usaha Milik Negara energi ini menganggarkan dana US$ 3 miliar untuk membiayai proses alih kelola blok migas di luar negeri. Untuk mengelola blok di Rusia, Pertamina bisa bekerjasama dengan Rosneft. Perusahaan asal Rusia tersebut sudah terbukti di sektor hulu migas. Ini bisa dilihat dari produksi minyak mentah Rosneft yang mencapai 5,2 juta barel per hari (bph).
Pertamina memang memiliki peluang untuk bekerjasama dengan perusahaan migas negara tersebut. Apalagi Rosneft merupakan salah satu calon utama investor Kilang Tuban. Minyak mentah dari Rusia nantinya bisa digunakan untuk memasok unit pengolahan yang berada di Jawa Timur tersebut. (Baca: Rosneft Calon Kuat Investor Kilang Tuban)
Jika Pertamina berhasil mendapatkan blok migas di Rusia, ini akan menambah portofolio perusahaan pelat merah tersebut di luar negeri. Saat ini Pertamina sudah memiliki blok di Afrika Utara, Timur Tengah, dan kawasan Asia Pasifik. Dari hasil pengelolaan blok migas di luar negeri, Pertamina berhasil mengantongi total produksi migas 114 ribu barel setara minyak per hari atau 5,5 persen dari produksi minyak nasional.
Sementara itu, Senior Vice President Upstream Development Pertamina Amran Anwar mengatakan Pertamina akan menemukan kesulitan untuk mengambil alih blok migas di luar negeri. Apalagi harga minyak dunia saat ini masih rendah. “Mereka tidak mau jual karena tren harga minyak turun,” kata dia usai menghadiri diskusi migas, kemarin di Jakarta.
Meski begitu, menurut Amran, Pertamina harus tetap mencari peluang di luar negeri agar produksi dalam negeri tetap terjaga. Tahun ini Pertamina menargetkan produksi minyak di luar negeri bisa mencapai 77 ribu barel per hari. Produksi ini disumbang dari tiga blok migasnya di Irak, Aljazair dan Malaysia. Produksi dari Irak ditargetkan paling besar, yakni 38 ribu barel per hari. Dari Aljazair sebesar 20.000 barel per hari dan Malaysia 19.000 barel per hari. (Baca: 2016, Pertamina Pesimistis Produksi Migas di Luar Negeri Naik).
Semakin banyak mengakuisisi blok migas di luar negeri, diharapkan aset berupa cadangan migas yang dimiliki di Indonesia dan luar negeri akan sama. Saat ini jumlah aset cadangan migas yang dimiliki Pertamina di luar negeri hanya dua persen dari cadangan migas nasional, atau 5462 million barrels of Oil Equivalent (mmboe). Sementera di dalam negeri, sudah mencapai 3,5 billion barrels oil equivalent (bboe) atau 18 persen dari total cadangan nasional.