Total Tanggapi Rencana Investasi Pertamina di Blok Mahakam 2017

Arnold Sirait
1 Juli 2016, 20:07
Total
Arief Kamaludin | Katadata

Total E&P Indonesie merespons rencana PT Pertamina (Persero) yang ingin berinvestasi di Blok Mahakam mulai tahun depan. Keinginan itu dilatari oleh upaya menjaga tingkat produksi blok migas yang ada di Kalimantan Timur tersebut  lantaran dalam dua tahun terakhir ini Total E&P sudah menurunkan investasinya.

Namun, seperti diberitakan Katadata, Rabu (29/6) lalu, Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengungkapkan keinginan tersebut masih terganjal. Salah satu kendalanya adalah belum mendapat izin dari pihak Total lantaran perusahaan asal Perancis itu masih menjadi operator Blok Mahakam hingga tahun 2017.

(Baca: Transisi Blok Mahakam Terkendala Restu Total E&P Indonesie)

Tapi, menurut  President and General Manager Total E&P Indonesia Hardy Pramono, pihaknya menyambut baik jika memang Pertamina ingin berinvestasi tahun depan di Blok Mahakam. Persoalannya, boleh-tidaknya Pertamina turut berinvestasi tersebut tidak hanya bergantung pada persetujuan Total. "Hal itu tidak hanya tergantung pada lampu hijau oleh Total," katanya dalam surat penjelasan kepada Katadata, Jumat (1/7).

Untuk melaksanakan rencana tersebut memerlukan payung hukum. Selain itu, membutuhkan persetujuaan dari Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas).

Di sisi lain, Pramono mengakui adanya penurunan investasi Total di Blok Mahakam. Namun, penyebabnya bukan karena kontrak di Blok Mahakam akan berakhir, melainkan kondisi harga minyak yang masih rendah. (Baca: Total Kurangi Investasinya di Indonesia Tahun Depan)

Penurunan investasi tersebut juga tidak terkait dengan target produksi Blok Mahakam. Sebaliknya, dalam revisi Work, Plan and Budget (WP&B) SKK Migas menetapkan target produksi sebesar 1.572 mmscfd. Jumlahnya lebih tinggi dari target sebelumnya yakni 1.423 mmscfd.

Berikut pernyataan lengkap President and General Manager Total E&P Indonesia Hardy Pramono:

1) Pertanyaan ataupun pernyataan bahwa Pertamina boleh mulai berinvestasi atau tidak di Blok Mahakam pada 2017 dalam upaya menahan penurunan produksi pada 2018, hal itu tidak hanya tergantung pada lampu hijau oleh Total E&P Indonesie. Patut diketahui, dalam hal ini Total E&P Indonesie menyambut positif rencana tersebut dan pembicaraan mengenai hal itu pun masih berlangsung, dan kami akan berdiskusi tentang rencana kerja yang akan diajukan untuk 2017 tersebut. Sedangkan untuk pelaksanaanya memerlukan payung hukum dan persetujuan yang diberikan oleh otoritas terkait, yakni SKK Migas.

2) Memang benar dalam dua tahun terakhir (2015 dan 2016) ini Total E&P Indonesie dan Inpex investasinya menurun secara cukup signifikan di Blok Mahakam, namun hal itu sangat terkait dengan jatuhnya harga minyak dunia. Total Group sejak awal 2014 melancarkan program penghematan bernama 4C & D (Change Culture, Compete on Cost and Deliver) yang berlaku di semua afiliasinya di seluruh dunia, sehingga Total E&P Indonesie pun melaksanakannya.

Dengan penurunan harga minyak yang terjadi sejak Oktober 2014, usaha efisiensi dan penghematan tersebut semakin diperlukan untuk bertahan agar aktifitas operasional untuk menahan penurunan produksi tetap ekonomis. Alhasil kami meneliti kembali semua rencana investasi pada 2015 mau pun 2016 dan berhasil menghemat di semua sektor anggaran dengan tanpa mengorbankan masalah keselamatan kerja dan Integritas fasilitas produksi (safety).

Pada sisi yang lain, program penghematan ini mendorong kami menjadi inovatif sehingga penurunan produksi di Blok Mahakam berhasil dikendalikan dan bagus. Dalam initial budget pada Work Plan and Budget (WP&B) 2016 target produksi inlet gas adalah 1423 MMscfd dan pada WP&B Revisi 2016, SKK Migas menetapkan target produksi adalah 1572 MMscfd dan produksi berpotensi lebih tinggi lagi. Artinya dengan investasi yang berkurang itu kami dapat tetap baik dalam berproduksi dan bahkan bisa lebih tinggi dari initial target.

Jadi, penurunan investasi pada 2015 mau pun 2016 lebih dikarenakan kami menyesuaikan diri dengan anjloknya harga minyak dunia sehingga nilai keekonomian harus tercapai, dan bukan karena kontrak akan berakhir pada 31 Desember 2017 seperti yang diberitakan media.

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...