Redam Ketegangan Laut Cina Selatan, AS Tempuh Diplomasi Senyap
Amerika Serikat memilih jalur diplomasi senyap untuk meminta Filipina, Indonesia, Vietnam, dan negara Asia lainnya untuk tidak bertindak agresif atas putusan pengadilan internasional terhadap Laut Cina Selatan.
“Kami ingin menenangkan keadaan agar persoalan ini disikapi dengan rasional, bukan emosional,” kata seorang pejabat diplomatik Amerika Serikat seperti dilansir Reuters, Rabu, 13 Juli 2016. (Lihat Ekonografik: Kenapa Laut Cina Selatan Diperebutkan?).
Amerika Serikat mengirim sejumlah pesan diplomatis melalui kedutaan-kedutaan besarnya di beberapa negara, serta kantor misi luar negerinya di Washington. Sementara itu, ada juga pesan yang langsung disampaikan oleh Menteri Pertahanan Ashton Carter serta Menteri Luar Negeri John Kerry kepada para pejabat tinggi setempat.
Pejabat diplomatik Amerika itu mengatakan pesan tersebut dilayangkan agar negara-negara yang berselisih tidak menggalang kekuatan untuk melawan Cina. Meski demikian, Amerika Serikat menyatakan tidak sedang menghimpun koalisi untuk mendukung Cina.
Awal pekan ini Mahkamah Arbitrase Internasional memutuskan Cina tidak memiliki hak historis atas Laut Cina Selatan. Selain itu, Taiwan pun tidak berhak atas pulau terbesar di Kepulauan Spratlys yang bernama Itu Aba atau Taiping. Taipei selama ini mengelola Itu Abu sebagai pulau.
Meski demikian, pengadilan hanya menganggap kawasan itu sebagai bebatuan, berdasarkan definisi hukum. Amerika Serikat berharap upaya diplomatisnya berhasil di Indonesia dan Filipina. (Baca: Mahkamah Arbitrase Menangkan Filipina Atas Laut Cina Selatan).
Indonesia telah memiliki rencana untuk mengirim ratusan nelayan ke Kepulauan Natuna untuk menunjukkan kedaulatan negara di wilayah tersebut. Sementara itu, para nelayan Filipina pernah diusir oleh penjaga pantai serta kapal angkatan laut Cina di Laut Cina Selatan.
Sebelum pengadilan internasional menggelar sidang, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana telah berbicara dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Ashton Carter. Dalam diskusi tersebut, Carter menyebutkan Cina maupun Amerika Serikat akan menahan diri. Filipina pun memberi jaminan yang sama.
Meski demikian, keinginan untuk menghilangkan ketegangan setelah pengadilan di Den Haag, Belanda mengeluarkan putusan ternyata mendapat hambatan dari Taiwan. Negara ini langsung mengirimkan kapal perangnya ke wilayah Laut Cina Selatan. Presiden Taiwan Tsai Ing-wen memerintahkan angkatan lautnya untuk mempertahankan teritorial maritim negara tersebut.
Kemarin, dua pesawat sipil Cina juga mendarat di dua bandara baru yang dikelola Cina di Kepulauan Spratlys. Kementerian Pertahanan Amerika Serikat menilai kejadian ini akan membangkitkan ketegangan kembali. (Baca: Insiden Ketiga Kali di Laut Cina Selatan, TNI Tembak Kapal Cina).