SKK Migas: Investasi Blok Masela Bisa Turun karena Harga Minyak
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mengakui nilai investasi pengembangan Blok Masela bisa lebih rendah dari perhitungan awal seperti diklaim oleh mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar. Penyebabnya adalah penurunan harga minyak dunia dan faktor teknologi.
Deputi Pengendalian Operasi SKK Migas Muliawan mengatakan, pihaknya bersama Kementerian ESDM dan Inpex Corporation selaku operator Blok Masela mulai menghitung kebutuhan investasi pengembangan blok kaya gas di Laut Arafura, Maluku tersebut. “Itu sedang kami preteli. Kami review lagi biaya-biaya yang harus diinvestasikan. Mudah-mudahan bisa turun,” katanya di Jakarta, Senin (22/8).
(Baca: Investasi Blok Masela Bisa Dipangkas Jadi US$ 15 Miliar)
Ia menjelaskan, ada dua faktor utama yang mendorong penurunan nilai investasi Blok Masela. Pertama, rendahnya harga minyak dunia belakangan ini sehingga aktivitas eksplorasi dan produksi migas menjadi berkurang.
Efek lanjutannya, harga jasa penunjang migas turut menurun. “Kami lihat kini jasa penunjang over supply. Harganya penawarannya bisa relatif rendah,” kata dia.
Kedua, Muliawan mengatakan, faktor teknologi yang akan digunakan bisa menekan biaya investasi. SKK Migas sedang mengkaji penggunaan teknologi yang tepat untuk Blok Masela.
Ada beberapa opsi teknologi yang akan dipakai untuk mengembangkan Blok Masela. Salah satunya adalah menggunakan desain yang sudah pernah diterapkan untuk membangun kilang di darat. “Misalnya teknologi yang dipakai BP, itu bisa mempercepat,” ujar dia.
Sebelumnya, Pelaksana tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut Binsar Panjaitan mengatakan, kebutuhan dana investasi Blok Masela bisa turun dari US$ 22 miliar menjadi US$ 15 miliar. Hal ini berdasarkan laporan Arcandra saat masih menjabat Menteri ESDM.
Menurut Luhut, angka investasi itu muncul ketika Arcandra bertemu dengan pihak Inpex. Pada pertemuan 5 Agustus lalu itu, Arcandra meminta Inpex menunjukkan struktur biaya proyek Blok Masela. (Baca: Menteri Luhut Klaim Inpex Setuju Pangkas Investasi Blok Masela)
Setelah melihat dan mempelajari struktur tersebut, Arcandra mengoreksi beberapa poin dan menyodorkan perhitungan baru investasi sebesar US$ 15 miliar. "Angka-angka itu datang kembali, perubahan itu bukan dari Pak Candra. Pak Candra tanya 'cost structure kamu gimana?' Gitu. Ya mereka (Inpex) keluarin, dikoreksi Pak Candra, mereka iyakan, makanya itu dapat angka US$ 15 miliar,” kata Luhut, Kamis (18/8) pekan lalu.
Berdasarkan catatan Katadata, Inpex mengajukan nilai investasi US$ 14,8 miliar untuk pengembangan Blok Masela menggunakan kilang terapung di laut (FLNG). Sedangkan jika menggunakan skema darat dengan jaringan pipa ke Aru, nilai investasinya mencapai US$ 22,3 miliar.
Sedangkan Kantor Staf Presiden (KSP) pernah membuat perhitungan yang berbeda. Nilai investasi untuk skema FLNG sebesar US$ 18,2 miliar, sedangkan untuk skema kilang darat dan pipa ke Aru lebih rendah, yaitu US$ 13,25 miliar. (Baca: Kisruh Blok Masela, Faisal Basri: Perusahaan Pipa Punya Siapa?)
Sementara itu, Inpex Corporation selaku operator Blok Masela belum mau berkomentar banyak mengenai hal ini. Juru bicara Inpex Corporation Usman Slamet mengatakan, tengah membahas rencana pengembangan blok itu secara intensif dengan pemerintah. Tujuannya agar proyek itu dapat segera dilaksanakan. “Semua pihak sedang berupaya mengoptimalkan keekonomian proyek,” kata dia kepada Katadata, 18 Agustus lalu.