Harga Gas US$ 4 Bisa Hasilkan Efek Berantai Rp 85,8 Triliun

Anggita Rezki Amelia
2 November 2016, 12:06
Blok migas
Katadata

Kementerian Perindustrian telah menghitung dampak dari penurunan harga gas untuk industri. Meski akan mengurangi bagi hasil minyak dan gas bumi (migas) untuk negara, penurunan harga gas tersebut dapat menimbulkan dampak berantai bagi perekonomian, baik berupa penerimaan lain atau lapangan kerja.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan, saat ini harga gas bumi di industri rata-rata mencapai US$ 9,5 per mmbtu. Jika pemerintah menurunkan harga gas bumi menjadi US$ 4 per mmbtu untuk 10 industri maka potensi penerimaan negara yang hilang sebesar Rp 53,86 triliun per tahun.

Sepuluh industri itu adalah industri pupuk, petrokimia, oleokimia, pulp dan kertas, baja dan logam, keramik, kaca, makanan dan minuman, ban dan sarung tangan karet, serta tekstil dan alas kaki. Jumlah perusahaan yang mencakup 10 industri itu sebanyak 330 perusahaan. (Baca: Harga Gas Jadi US$ 3,82, Penerimaan Negara Tergerus)

Namun, penerimaan yang hilang itu akan tergantikan penerimaan dari sumber lain, seperti pajak dari industri turunannya sebesar Rp 85,84 triliun per tahun. Alhasil, keuntungan bersih efek berantai dari kebijakan penurunan harga gas untuk industri tersebut sebesar Rp 31,98 triliun per tahun.

Selain itu, penurunan harga gas menjadi US$ 4 per mmbtu juga dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk 240 ribu tenaga kerja. “"Makanya saya sudah sepakat dengan Ibu Sri Mulyani (Menteri Keuangan), kalau mengandung multiplier effect itu kita kembangkan suatu industri, kita perjuangkan untuk tujuan ekonomi Indonesia lebih kesejahteraan masyarakat," kata Airlangga di Jakarta, Selasa (1/11).

Apalagi, saat ini, menurut Airlangga, ada 72 proyek industri yang sedang menunggu kepastian penurunan harga gas bumi untuk berinvestasi di Indonesia. Total investasinya mencapai Rp 448,2 triliun, dan  akan menyerap 183.837 tenaga kerja, baik langsung dan tak langsung.

Industri tersebut tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu industri yang akan dibangun tersebut adalah industri petrokimia di Papua dengan berbasis metanol. Produk turunan yang dihasilkannya untuk bahan baku membuat karpet, plastik, untuk sektor rumah tangga, hingga kebutuhan otomotif.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...