Perancis Bentuk Klub Pengusaha Energi Terbarukan untuk Indonesia
Klub Energi Terbarukan Prancis untuk Indonesia (France Renewable Energy Group/FREG) hari ini resmi diluncurkan. FREG merupakan suatu wadah bagi perusahaan-perusahaan energi Prancis yang telah beroperasi di Indonesia maupun para pelaku usaha Prancis saat ini yang tertarik dengan sektor Energi Baru Terbarukan (EBT) di Indonesia.
Peluncuran itu disaksikan oleh Menteri Luar Negeri dan Pembangunan Internasional Republik Prancis Jean-Marc Ayrault dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. FREG menjadi kepanjangan tangan dari France Syndicate of Renewable Energy, yang organisasi EBT terbesar di Prancis saat ini. (Baca: Swedia Minati Pembangkit Tenaga Air dan Angin di Indonesia Timur)
Dalam sambutannya, Jean-Marc mengatakan pembentukan FREG ini sudah menjadi pembicaraan sejak 2016, antara pemerintah Indonesia dan Perancis. Tujuannya untuk menghimpun perusahaan-perusahaan energi Prancis untuk dapat bekerja sama dengan Indonesia dalam bidang EBT.
Menurut Jean potensi EBT yang ada di Indonesia cukup besar, begitu pula dengan pasarnya. ''Di Indonesia, permintaan energi listrik yang naik tajam seiring dengan pesatnya pembangunan ekonomi,'' kata dia saat memberi kata sambutan di Kementerian ESDM, Jakarta, Selasa (28/2). (Baca: Dua Aturan Baru Kementerian ESDM Bisa Hambat Investasi Panas Bumi)
Selain peluncuran FREG, hari ini juga ada dua penandatanganan perjanjian, yakni FREG for Indonesia Charter antara Menteri Luar Negeri Prancis dengan French Renewable Energy Priority Export Group dan French Renewable Energy Industry Association. Kemudian Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) antara Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) dan French Renewable Energy Association (SER).
Dua penandatanganan ini menandakan komitmen dalam penanggulangan iklim. “Ini membuktikan adanya keinginan dari kedua belah pihak untuk menentukan solusi bersama," kata Jean.
Sementara itu, Ignasius Jonan mengatakan meski membuka peluang Prancis dalam mengembangkan EBT di Indonesia, namun tidak untuk tenaga nuklir. Alasannya karena suasana politik Indonesia yang belum mengakomodasi hal tersebut. "Mungkin bisa diterapkan beberapa waktu di masa depan," kata dia. (Baca: DPR Desak Pemerintah Cantumkan Tenaga Nuklir ke Rencana Kerja PLN)
Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) Suryadharma mengatakan Prancis punya kemampuan investasi yang besar dalam pengembangan EBT, bahkan mampu dari sisi penyediaan teknologi. "Mereka sudah membuat komitmen mau membangun pilot project di sini sebanyak 3 MW untuk energi laut," kata dia.
Di tempat yang sama, Direktur Jenderal Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Rida Mulyana mengatakan pemerintah akan memberikan kemudahan bagi investor seperti pembebasan tanah untuk pengadaan pembangkit EBT, hingga pembebasan pajak. "Tiap hari kami mengkaji terus, teman-teman dari Mackenzie, pengusaha, World Bank, Keduataan Besar seperti Prancis juga sudah memberikan masukan," kata Rida.