Kenaikan Upah Buruh Februari 2017 Tergerus Inflasi
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat upah buruh tani dan buruh informal perkotaan mengalami kenaikan pada Februari lalu. Namun, kenaikan tersebut tergerus oleh inflasi. Alhasil, daya beli masyarakat kemungkinan tak banyak berubah.
Kepala BPS Suhariyanto memaparkan, kenaikan upah riil terbesar dialami pembantu rumah tangga yaitu sebesar 0,68 persen. Di sisi lain, kenaikan upah riil buruh bangunan perkotaan tercatat paling kecil, nyaris stagnan. Tipisnya kenaikan upah riil tersebut menunjukkan kemampuan buruh bangunan dalam membeli barang atau jasa tak banyak berubah.
“Daya beli buruh bangunan ini memang stagnan, hanya naik 0,04 persen,” kata Suhariyanto di Kantornya, Jakarta, Rabu (15/3).(Baca juga: Harga Cabai Naik, Inflasi Maret Diramal Cuma 0,18 Persen)
Secara rinci, ia memaparkan, rata-rata upah petani per hari naik 0,55 persen dari Rp 49.000 pada Januari menjadi Rp 49.268 pada Februari. Namun, bila dikurangi dengan inflasi pedesaan Februari yang mencapai 0,38 persen, maka upah riil hanya naik 0,16 persen.
Di sisi lain, upah buruh informal perkotaan mengalami kenaikan beragam. Rata-rata upah pembantu rumah tangga per bulan mengalami kenaikan terbesar yaitu 0,92 persen dari Rp 367.465 menjadi Rp 370.846. Namun, setelah dipotong inflasi perkotaan yang sekitar 0,23 persen, maka upah riil-nya naik 0,68 persen. (Baca juga: Tingkatkan Kualitas SDM, Menkeu Kaji Insentif Bagi Industri)
Sementara itu, rata-rata upah buruh bangunan di perkotaan naik paling kecil yaitu sebesar 0,27 persen dari Rp 83.432 menjadi Rp 18.657. Jika dikurangi dengan inflasi perkotaan, maka upah riil-nya hanya naik 0,04 persen.
Adapun, rata-rata upah buruh potong rambut wanita per kepala meningkat sebesar 0,42 persen. Namun, setelah dikurangi inflasi perkotaan, maka upah riil-nya hanya meningkat 0,19 persen.
Keterangan | Jenis Upah | Januari | Februari | % Perubahan |
Upah Buruh Tani Per Hari | Upah Nominal | Rp 49.000 | Rp 49.268 | 0,55 |
Upah Riil | Rp 37.064 | Rp 37.125 | 0,16 | |
Upah Buruh Bangunan Per Hari | Upah Nominal | Rp 83.432 | Rp 83.657 | 0,27 |
Upah Riil | Rp 65.211 | Rp 65.235 | 0,04 | |
Upah Potong Rambut Wanita | Upah Nominal | Rp 25.152 | Rp 25.258 | 0,42 |
Upah Riil | Rp 19.660 | Rp 19.696 | 0,19 | |
Upah Pembantu Rumah Tangga | Upah Nominal | Rp 367.465 | Rp 370.846 | 0,92 |
Upah Riil | Rp 287.217 | Rp 289.181 | 0,68 |
Mengacu pada survei konsumen yang dilakukan Bank Indonesia (BI), indeks penghasilan mengalami kontraksi 0,7 poin pada Februari lalu. Meski begitu, indeks kondisi ekonomi masih mencatatkan kenaikan tipis. yaitu hanya 1 poin menjadi 105,2.
Kenaikan tersebut ditopang oleh indeks ketersediaan lapangan kerja dan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama yang masing-masing naik 1,7 poin dan 1,5 poin sehingga posisinya masing-masing menjadi 90,5 dan 106,9.
Adapun, untuk enam bulan ke depan, konsumen tampak makin optimistis terhadap kondisi ekonomi, kecuali soal penghasilan. Hal itu terlihat dari indeks ekspektasi konsumen yang mengalami kenaikan 2,6 poin menjadi 129,1. Faktor penopangnya yaitu indeks ekspektasi ketersediaan tenaga kerja yang naik 5,7 poin dan kegiatan usaha yang naik 4,3 poin. Di sisi lain, indeks ekspektasi penghasilan justru turun 2,1 poin menjadi 140,8.
(Baca juga: Janji Upah Buruh Naik di Kampanye Pilkada Buat Investor Kabur)
Menanggapi survei BI tersebut, Ekonom Maybank Juniman berpandangan, masyarakat optimistis perekonomian membaik ke depan. Masyarakat juga yakin ketersediaan lapangan kerja akan meningkat, seiring dengan upaya pemerintah membangun infrastruktur. Sebab, kegiatan produktif pemerintah tentu akan menyerap banyak pekerja.
Namun, kenaikan harga atau inflasi menggerus pendapatan yang diperoleh dari perbaikan ekonomi ataupun peningkatan lapangan kerja. "Pendapatan yang mereka terima dibanding kenaikan harga-harga yang lain itu enggak bisa mengejar,” ujarnya. “Jadi akhirnya, kami lihat (kenaikan pendapatan) belum cukup mengimbangi optimisme." Hal ini, menurut dia bisa mempengaruhi daya beli.