Kominfo Minta Facebook dan Media Sosial Ikut Ungkap Saracen
Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara meminta bantuan Facebook dan perusahaan platform media sosial lainnya untuk membantu pengungkapan jaringan sindikat Saracen. Rudiantara mengatakan perusahaan platform memiliki informasi atas akun terlibat dalam jaringan Saracen.
"Karena yang mengetahui di balik akun ini siapa informasinya kan platform. Jadi kami kejar ke platform," kata Rudiantara di gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin (28/8). (Baca: Anggap Saracen Berbahaya, Jokowi Desak Polisi Ungkap Pemesan Jasa)
Rudiantara mengatakan perusahaan platform tersebut harus bertanggung jawab karena memiliki andil yang besar dalam penyebaran konten negatif di media sosial. Perusahaan platform, kata dia, perlu menjaga stabilitas negara saat mereka berbisnis di Indonesia.
"Mereka bisnis di sini kok. Bisnis di sini mereka harus ikut bagian dari solusi. Enggak bisa mereka membiarkan ini ada ketidakstabilan di Indonesia," kata Rudiantara.
(Baca: Selidiki Jaringan, Polisi Belum Tutup Situs dan Akun Facebook Saracen)
Menurut Rudiantara, pemerintah tak memiliki intensi untuk membatasi berjalannya bisnis media sosial di Indonesia. Dia mengatakan, media sosial juga memiliki nilai tambah yang positif bagi masyarakat, salah satunya di sektor ekonomi.
Kendati demikian, Rudiantara menilai perusahaan platform tetap harus terlibat aktif untuk membantu pemerintah menghalau konten negatif. Jika perusahaan platform tersebut tak bisa bekerja sama, dia pun mempersilakan mereka untuk keluar dari Indonesia.
"Kalau Anda tidak bantu menjaga itu berarti Anda tidak mau bantu Indonesia stabil. Mohon maaf berarti Anda pada saat itu tidak bisa jadi mitra kami," kata Rudiantara.
(Baca: Istana Desak Polisi Usut Sindikat Saracen Hingga Tuntas)
Saat ini, kata Rudiantara, berbagai perusahaan platform tersebut telah memperbaiki pelayanannya di Indonesia, termasuk untuk menghalau konten negatif. Mereka menyatakan berkomitmen membantu pemerintah menghalau konten negatif, dalam pertemuan Juli 2017 lalu.
"Kami kan tidak bisa berlama – lama karena ini kejadiannya sudah berjalan dan antisipasi ke depannya kejadian ini tidak terulang lagi," kata Rudiantara.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo kembali memerintahkan agar kepolisian mengusut sindikat penyebar ujaran kebencian Saracen hingga tuntas. Polisi diperintahkan mengusut bukan hanya pihak yang terlibat dalam jaringan sindikat namun membongkar juga pihak yang memesan jasa ujaran kebencian kepada Saracen.
"Bukan hanya yang ada di organisasi itu tapi siapa yang pesan, yang penting di situ," kata Jokowi kepada wartawan, usai mengunjungi pameran foto infrastruktur dan megainfografik sejarah ekonomi selama 72 tahun yang diselenggarakan Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) di lapangan Monas, Jakarta, Minggu (27/8).
Polisi membongkar sindikat Saracen yang diduga menyebarkan ujaran kebencian sejak November 2015. Polisi telah menangkap tiga petinggi yakni Jasriadi (32), Sri Rahayu Ningsih (32) dan Muhamad Faisal Tonong dalam waktu yang berbeda.
(Baca: Eggi Sudjana Bingung Disebut sebagai Dewan Penasihat Sindikat Saracen)
Berdasarkan penyelidikan digital forensik kepolisian, grup Saracen mengunggah berbagai konten SARA tersebut melalui grup Facebook Saracen News, Saracen Cyber Team, dan saracennews.com. Melalui sarana tersebut, warganet kemudian menyebarkan meme kebencian dan hoax yang diunggah tersebut melalui akun pribadinya.
Tim penyidik kepolisian masih terus mendalami jaringan dari sindikat Saracen yang menyebarkan kebencian lewat media sosial. Polisi masih memantau pergerakan dan melakukan proses penyelidikan digital forensik atas beberapa akun, fanpage, grup Facebook Saracen dan situs berita kelompok ini.
Polisi juga mendalami dugaan beberapa tokoh yang terlibat di balik gerakan sindikat Saracen, termasuk kemungkinan keterlibatan Eggi Sudjana dan Mayor Jenderal (Purn) Ampi Tanudjiwa yang dikabarkan sebagai dewan penasihat Saracen. Eggi membantah keterlibatannya dan mengklaim tidak tahu mengenai terlibat dalam sindikat Saracen.
Kasubag Ops Satgas Patroli Siber Ditsiber Bareskrim Polri Ajun Komisaris Besar Susatyo Purnomo menuturkan, kelompok Saracen beroperasi demi motif ekonomi. Susatyo mengatakan, konten-konten yang diunggah dan disebar Saracen dibuat berdasarkan pesanan. Dugaan itu muncul setelah polisi menemukan adanya proposal pembuatan konten SARA dengan harga Rp 75 juta - Rp 100 juta.