PLN: Singapura Tawarkan Fasilitas Penyimpanan Gas, Bukan Impor
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) mengungkapkan potensi kerja sama yang akan terbangun bersama dengan Keppel Offshore & Marine, berupa penyewaan fasilitas penyimpanan (storage) untuk gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG), bukan untuk impor produk tersebut. Perusahaan listrik nasional ini pun masih mendalami kerja sama dengan perusahaan asal Singapura tersebut.
Direktur Pengadaan Strategis II PLN Supangkat Iwan Santoso mengatakan pihaknya menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan untuk melakukan pendalaman terkait dengan potensi terjalinnya kerja sama dengan perusahaan Singapura tersebut terkait penyewaan fasilitas penyimpanan LNG dan proses regasifikasi.
Keppel menawarkan fasilitasnya tersebut karena berdekatan dengan Tanjung Pinang dan Natuna. Di wilayah tersebut PLN memiliki pembangkit di wilayah tersebut dengan total kapasitas 240 megawatt (MW). "Kalau soal (impor) gasnya, kami tidak tau," ujar Iwan saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Selasa (5/9).
(Baca: Perusahaan Singapura Tawarkan Gas untuk Pembangkit Listrik)
Menurut Iwan, selain memiliki fasilitas untuk penyimapan LNG, Keppel juga memiliki dermaga kecil di dekat fasilitas penyimpanannya tersebut, sehingga, LNG nya bisa diangkut dengan kapal kecil apabila PLN membutuhkannya. Kapal kecil ini dinilai cukup untuk mengangkut kebutuhan LNG karena kapasitas pembangkitnya yang tidak terlalu besar. untuk mencukupi kebutuhan pembangkit berkapasitas 100 MW hanya butuh gas 20 juta british thermal unit (mmbtu).
Sementara itu, Kepala Divisi Gas PLN Chairani Rahmatullah menekankan, kerja sama yang mungkin terjalin ini untuk penyewaan infrastruktur saja, bukan adanya impor dan swap LNG. "Jadi, ini bukan ada LNG murah dengan harga sekitar US$ 3 per mmbtu," ujarnya.
(Baca: Kementerian ESDM Evaluasi Tawaran Gas dari Perusahaan Singapura)
Dengan kerja sama ini rencananya LNG milik PLN disimpan terlebih dulu di fasilitas penyimpanan yang ada di Singapura sebelum digunakan. Namun, kesepakatan tersebut bisa tercapai sepanjang Keppel bisa memberikan harga yang lebih murah dibandingkan dengan PLN melakukan penyimpanan LNG dan akomodasi dari tempat lain ke pembangkit yang ada di Tanjung Pinang dan Natuna.
Chairani mengaku PLN masih belum bertemu secara resmi dengan pihak Keppel. Terkait penawaran harga US$ 3,8 per mmbtu untuk penyimpanan, regasifikasi, dan pipa, merupakan informasi yang diperoleh dari Luhut. Namun, harga tersebut nyatanya masih kurang menarik minat PLN karena dinilai tidak terlalu murah.
"Di Nusantara Regas itu US$ 2 per mmbtu, di Arun itu US$ 1,5 per mmbtu, tapi memang belum termasuk transportasi," ujarnya. Untuk itu, PLN akan melakukan penghitungan lebih mendalam untuk memastikan efisiensi yang bisa dicapai. Apabila lebih murah membawa LNG dari Bontang, otomatis kerja sama tersebut batal terjalin.
(Baca: Luhut: Ada Unsur Politik dalam Penawaran Gas oleh Singapura)