Elektabilitas Jokowi Tak Capai 50%, Publik Tunggu Calon Alternatif
Lembaga Media Survei Nasional (Median) mempublikasikan hasil survei elektabilitas para calon presiden menjelang Pemilu 2019. Hasil survei menunjukkan tingkat elektabilitas Presiden Joko Widodo mencapai 36,2% dan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sebesar 23,2%. Elektabilitas kedua tokoh bila digabung menjadi 59,4%.
Direktur Eksekutif Median Rico Marbun menyebutkan sisa suara yakni sebanyak 40,6% yang menginginkan tokoh alternatif lain saat Pilpres 2019. "Ada 40,6% publik tidak ingin Prabowo dan tidak ingin Jokowi," kata Rico dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (2/10).
Tokoh alternatif yang muncul dalam survei ini yakni Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (8,4%), Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan (4,4%), dan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo (2,8%).
Selain itu responden mendukung Wakil Presiden Jusuf Kalla (2,6%), CEO MNC Group Hari Tanoesoedibjo (1,5%), Dewan Pembina Golkar Aburizal Bakrie (1,3%), Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (1,2%), dan Wali Kota Surabaya Tri Risma Harini (1,0%). Sementara, sebanyak 4,1% memilih tokoh lain dan 13,3% memilih tidak tahu atau tidak menjawab.
Rico menyebutkan calon alternatif muncul karena pemerintah saat ini dianggap belum mampu menyelesaikan beragam masalah seperti himpitan ekonomi, isu identitas, serta kebijakan yang dianggap represif.
Berdasarkan survei Median, masalah ekonomi menjadi isu yang dianggap masyarakat sebagai kekurangan pemerintah. Berdasarkan 79,4% responden yang menyatakan adanya kekurangan di pemerintahan Jokowi, kesulitan kondisi ekonomi menjadi faktor yang paling besar memengaruhi penilaian tersebut (12,4%).
"Publik masih mengharapkan munculnya satu tokoh baru yang bisa menyelesaikan masalah-masalah tadi," kata Rico. (Baca: Survei CSIS: Kepuasan Publik Pada Jokowi-JK Naik Terus Jadi 68,3%)
Selain itu, kata Rico, Prabowo masih belum terlihat kemampuannya menyelesaikan masalah yang terjadi di Indonesia saat ini. Atas dasar itulah, muncul beberapa nama lain sebagai calon alternatif.
"Mungkin asosiasi terhadap kompetensi menyelesaikan masalah belum muncul di figur Pak Prabowo," kata Rico.
Karena itulah, dari suvei Median muncul nama SBY sebagai calon alternatif. SBY menjadi calon alternatif paling tinggi dengan elektabilitas sebesar 8,4%.
Menurut Rico, nama SBY mencuat karena dirinya dianggap pernah menjadi Presiden RI keenam. Sehingga, memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah yang dianggap terjadi pada pemerintahan saat ini.
Adapun Gatot yang muncul sebagai kandidat calon alternatif, dianggap masih belum cukup kuat bersaing dalam Pilpres 2019. Sebab Gatot belum mampu menunjukkan kapasitasnya dalam mengatasi masalah di masyarakat.
Selain itu, polemik soal keamanan yang melekat dengan Gatot juga dinilai tidak relevan dengan masalah ekonomi masyarakat saat ini. Polemik tersebut, antara lain isu kebangkitan PKI dan impor senjata ilegal.
"Keributan yang terjadi sekarang ini tidak ada hubungannya dengan apa yang dialami masyarakat," kata Rico.
Menurut Rico, elektabilitas Gatot tidak akan naik jika hanya membawa isu keamanan. Gatot, kata Rico, harus mampu mengangkat tema-tema ekonomi dan kebutuhan hidup masyarakat jika ingin mampu bersaing dalam Pilpres 2019.
"Kalau dia masuk ke tema itu (ekonomi dan kebutuhan hidup masyarakat) mungkin elektabilitasnya akan naik. Kalau dia belum masuk ke tema itu menurut saya elektabilitasnya segitu saja," kata Rico.
Survei Median digelar pada 14-22 September 2017 dengan sampel 1.000 responden di seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei menggunakan multistage random sampling dengan margin of error +/- 3,1% dan tingkat kepercayaan 95%.
Selain survei Median, belum lama ini CSIS merilis survei yang menunjukkan Jokowi memperoleh 50,9% suara, sementara Prabowo 25,8%. Di bawah Jokowi dan Prabowo, tidak ada pesaing lain dengan tingkat elektabilitas di atas 5%.
Namun, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) di posisi ketiga elektabilitas presiden dalam survei CSIS. Tingkat keterpilihan AHY jika pilpres diselenggarakan sekarang sebesar 2,8%, dari tahun lalu yang tingkatnya masih nol persen.
Sedangkan elektabilitas Ridwan Kamil malah turun menjadi 2,1% dari sebelumnya 5,5%. Begitu pula tingkat keterpilihan mantan Gubernur DKI Jakarta basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebesar 1,3% dari sebelumnya 4%, dan Anies Baswedan menjadi 0,7% dari sebelumnya 2,4%.
Adapun, tingkat elektabilitas Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo juga mulai merangkak naik menjadi 1,8% dari nol persen pada tahun lalu.