Survei SMRC: Belum Ada Lawan Kuat, Elektabilitas Jokowi Terus Naik
Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mempublikasikan survei yang menunjukkan hingga kini belum ada lawan politik yang menandingi tingkat elektabilitas Presiden RI Joko Widodo. Dukungan politik terhadap Jokowi semakin meningkat dua tahun jelang Pemilu 2019. Jokowi dalam simulasi top of mind pada 3-10 September 2017 mendapat elektabilitas sebesar 38,9%.
Survei ini melibatkan 1057 responden di seluruh provinisi di Indonesia melalui metode survey multistage random sampling dengan margin of error +/- 3,1% dengan tingkat kepercayaan 95%. Quality control dilakukan terhadap 20% sampel yang ada.
Elektabilitas Jokowi menduduki peringkat pertama yang disusul oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto (12,0%) dan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (1,6%). (Baca: Survei CSIS: Kepuasan Publik Pada Jokowi-JK Naik Terus Jadi 68,3%)
"Nama lain belum ada (tandingan) yang cukup kompetitif, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo masih rendah, masih di bawah satu persen (0,3%)," kata Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan di kantornya, Jakarta, Kamis (5/10).
Djayadi mengatakan, elektabilitas Jokowi cenderung meningkat sejak Mei 2017. Pada survey SMRC pada Januari 2017, elektabilitas Jokowi hanya berkisar 27%. "Di sini kami peroleh elektabilitas Jokowi turun sejak Oktober 2016 sampai Januari 2017, tapi terutama Mei 2017 dukungan top of mind cenderung meningkat," kata Djayadi.
Hal yang sama juga terjadi dalam simulasi survei semi terbuka yang dilakukan SMRC. Dalam simulasi tersebut, Jokowi pada September memiliki elektabilitas sebesar 45,6%. (Baca: Elektabilitas Jokowi Tak Capai 50%, Publik Tunggu Calon Alternatif)
Sementara, Prabowo berada di posisi kedua dengan elektabilitas sebesar 18,7%. SBY dan Megawati menyusul dengan perolehan elektabilitas masing-masing sebesar 3,9% dan 1,9%.
Adapun, dalam simulasi head to head antara Jokowi dan Prabowo, elektabilitas Jokowi sebesar 57,2%. Angka ini naik 3,5% dibandingkan elektabilitasnya pada Mei 2017.
Sementara, elektabilitas Prabowo pada simulasi head to head September 2017 sebesar 31,8%. Angka ini turun sebesar 5,4% dari Mei 2017 sebesar 37,2%.
"Kesimpulannya belum ada lawan yang kompetitif terhadap presiden Jokowi saat ini. Lawan paling kompetitif adalah Prabowo, tapi Prabowo cenderung tidak mengalami kemajuan," kata Djayadi.
Menurut Djayadi, tingginya elektabilitas Jokowi disebabkan kinerjanya menjalankan pemerintahan cukup diapresiasi masyarakat. Survey SMRC menunjukkan bahwa 61% responden menyatakan cukup puas terhadap kinerja Jokowi selama ini.
Sebanyak 7% responden menilai kinerja Jokowi sangat memuaskan. Sementara, 27% responden yang merasa kurang puas dan 2% menyatakan tidak puas sama sekali.
Djayadi memaparkan, kerja pemerintah Jokowi yang dinilai paling mengalami kemajuan adalah pembangunan infrastruktur dan wilayah perbatasan, akses pelayanan kesehatan dan pendidikan, pencegahan ancaman terorisme dan narkotika, menjamin kesetaraan hak warga negara, serta menekan disparitas dan korupsi.
Meski demikian, mayoritas masyarakat masih menilai Jokowi tak membawa perubahan dalam membuat harga-harga kebutuhan pokok terjangkau, menyediakan lapangan kerja, serta mengurangi jumlah orang miskin dan pengangguran.
"Tugas pemerintah sekarang adalah aspek ekonomi yang berkaitan langsung dengan masyarakat," kata Djayadi.
Beberapa survei dari lembaga lainnya pun menunjukkan elektabilitas Jokowi terdepan dibandingkan yang lain. Survei lembaga Media Survei Nasional (Median) yang digelar pada 14-22 September 2017 menunjukkan tingkat elektabilitas Jokowi mencapai 36,2% dan Prabowo Subianto sebesar 23,2%.
Sementara itu berdasarkan survei lembaga riset Centre for Strategic and International Studies (CSIS) pada 23-30 Agustus 2017, menunjukkan elektabilitas Jokowi 50,9%, sementara Prabowo 25,8%. CSIS menyatakan tingkat elektabilitas Jokowi lebih tinggi dibandingkan setahun lalu yang sebesar 41,9%. Sedangkan tingkat keterpilihan Prabowo juga naik dari 24,3% pada tahun lalu.