Mengenal ORIDA, Mata Uang yang Pernah Mewarnai Perjalanan Indonesia

Image title
21 November 2023, 13:50
Ilustrasi, Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera. ORIDA merupakan mata uang daerah yang dikeluarkan sebagai bentuk penolakan atas beredarnya mata uang NICA pada masa Revolusi Kemerdekaan.
Koleksi Museum Bank Indonesia, www.bi.go.id
Ilustrasi, Oeang Republik Indonesia Daerah (ORIDA) yang dikeluarkan oleh Pemerintah Propinsi Sumatera. ORIDA merupakan mata uang daerah yang dikeluarkan sebagai bentuk penolakan atas beredarnya mata uang NICA pada masa Revolusi Kemerdekaan.

Pada awal kemerdekaan, pemerintah Republik Indonesia merancang mata uang yang memiliki identitas bangsa, yakni Oeang Republik Indonesia (ORI). Namun, ada satu mata uang yang agaknya terlupakan dari ingatan sejarah masyarakat Indonesia, yaitu ORIDA.

Patut diingat, pada awal kemerdekaan, mata uang yang digunakan di wilayah Indonesia terdiri dari empat mata uang, antara lain mata uang sisa zaman kolonial Belanda yaitu uang kertas De Javasche Bank.

Lalu, uang yang disiapkan Jepang sebelum menguasai Indonesia, yaitu De Japansche Regering dengan satuan gulden (f), yang dikeluarkan pada 1942. Kemudian, Dai Nippon emisi 1943 pecahan 100 rupiah. Terakhir, Dai Nippon Teikoku Seibu emisi 1943 bergambar Wayang Orang Satria Gatot Kaca bernilai 10 rupiah, dan gambar Rumah Gadang Minang bernilai 5 rupiah.

Meski empat uang ini berlaku, pemerintah tetap mempersiapkan lahirnya mata uang yang memiliki identitas Indonesia. Maka lahirlah ORI. Di samping ORI, ada satu mata uang lain yang muncul, yaitu Oeang Republik Indonesia Daerah atau ORIDA. Ini merupakan mata uang yang dikeluarkan oleh daerah.

Untuk mengetahui sejarah terbentuknya ORIDA, ada baiknya mengetahui latar belakang terbentuknya ORI, dan bagaimana peran uang daerah turut menopang kedaulatan Indonesia.

Latar Belakang Terbentuknya ORI

Sebelum membahas mengenai kemunculan ORIDA, ada baiknya untuk menilik sekilas mengenai kemunculan ORI, yang menjadi mata uang pertama Republik Indonesia.

ORI terbentuk sebagai respons pemerintah atas beredarnya mata uang bentukan pemerintah Belanda, melalui Netherlands Indies Civil Administration (NICA). Mata uang yang dimaksud kerap disebut Uang NICA atau 'Uang Merah'.

Peredaran Uang Merah ini cukup mulus di awal-awal NICA masuk Indonesia. Pasalnya, NICA langsung memperoleh akses kantor-kantor bank Jepang pada 10 Oktober 1945. Bank bentukan Jepang ini kemudian ditutup, dan NICA menghidupan kembali DJB yang bertugas sebagai bank sirkulasi.

Pada 6 Maret 1946, NICA secara resmi mulai mengedarkan dan menetapkan Uang Merah sebagai alat pembayaran yang sah di daerah-daerah pendudukan.

Untuk mengedarkannya, pemerintah pendudukan Belanda tak jarang melakukan pemaksaan. Meski, saat itu rakyat kebanyakan hanya mau menerima rupiah Jepang, pemerintah pendudukan Belanda memaksa masyarakat untuk menukarkannya dengan Uang Merah. Tak jarang pemaksaan tersebut dilakukan dengan todongan senjata.

Menyingkapi peredaran uang NICA yang kian meluas, pemerintah Indonesia pun tidak tinggal diam. Pada 15 Maret 1946, pemerintah mengeluarkan maklumat, yang menyatakan bahwa masyarakat yang kedapatan memegang Uang Merah akan mendapatkan hukuman berat.

Mengutip kemenkeu.go.id, menanggapi peredaran mata uang bentukan NICA, pemerintah memutuskan menarik peredaran beberapa uang, yakni uang DJB, uang rupiah Jepang dan Uang Merah. Saat itu, penduduk hanya diperbolehkan memegang maksimal 50 sen rupiah Jepang.

Penarikan peredaran uang ini diikuti oleh upaya pemerintah Indonesia mempersiapkan mata uang sendiri. Upaya ini menghasilkan Oeang Republik Indonesia (ORI) atau 'Uang Putih'.

Uang Putih atau ORI ini dikeluarkan oleh Menteri Keuangan A.A. Maramis melalui Surat Keputusan No.SS/1/25 tanggal 29 Oktober 1946. ORI secara resmi berlaku pada 30 Oktober 1946 sebagai mata uang yang sah di wilayah Republik Indonesia.

Tersudutnya ORI dan Kemunculan ORIDA

Di masa awal-awal kemunculannya, nilai ORI cenderung kuat melawan uang NICA, di mana satu ORI berbanding 2 uang NICA. Namun, dalam perjalanannya nilai ORI terus menyusut hingga 1:5. Bahkan, pada saat Agresi Militer Belanda II, nilai ORI turun tajam, dengan perbandingan butuh 500 ORI untuk menebus 1 florin uang NICA.

Pada awal beredarnya ORI, setiap penduduk diberi Rp 1 sebagai pengganti sisa uang invasi Jepang yang masih dapat digunakan sampai dengan 16 Oktober 1946. Namun, pada saat itu peredaran ORI belum bisa menjangkau seluruh wilayah Indonesia. Hal ini dikarenakan selain faktor perhubungan, masalah keamanan juga berpengaruh karena sebagian wilayah Indonesia masih berada di bawah kedudukan Belanda.

Secara umum, kemerosotan ORI disebabkan karena beberapa hal, yakni makin sempitnya wilayah Republik Indonesia, akibat agresi militer yang dilakukan Belanda. Kedua, pemerintah pendudukan Belanda juga memalsukan ORI untuk membuat nilainya jatuh akibat inflasi. Ketiga, NICA juga kerap mengintimidasi masyarakat yang menyimpan ORI.

Beberapa faktor ini, membuat pemerintah Indonesia kesulitan untuk menyatukan Indonesia sebagai satu kesatuan moneter. Oleh karena itu, pemerintah memberikan mandat kepada daerah untuk menerbitkan mata uang sendiri, untuk menangkal peredaran uang NICA yang semakin merajalela.

Mengutip historia.id, ORIDA beredar sepanjang 1947-1950 di wilayah Sumatra dan Jawa. Dasar hukum penerbitannya adalah, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 1947, yang dikeluarkan pada 26 Oktober 1947.

PP ini memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah, untuk menerbitkan mata uang atau alat pembayaran sementara yang sah. Melalui PP ini, pemerintah pusat juga menjamin seluruh penerbitan tersebut, serta menjamin bahwa mata uang daerah yang diterbitkan dapat ditukarkan dengan ORI.

Meski secara resmi ORIDA mendapatkan legalitas pada 26 Oktober 1947, namun ide ini telah muncul dan dijalankan sebelum pemerintah pusat mengeluarkan PP yang menjamin legalitasnya.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...