Imbas Pandemi, Kinerja Lima Perusahaan Transportasi Semester I Anjlok

Image title
13 Agustus 2020, 16:17
Ilustrasi, aktivitas salah satu terminal Bandara Soekarno-Hatta yang masih sepi. Beberapa perusahaan transportasi membukukan kinerja rugi sepanjang semester I 2020 karena pandemi corona membuat mobilitas masyarakat turun drastis.
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Ilustrasi, aktivitas salah satu terminal Bandara Soekarno-Hatta yang masih sepi. Beberapa perusahaan transportasi membukukan kinerja rugi sepanjang semester I 2020 karena pandemi corona membuat mobilitas masyarakat turun drastis.

Pandemi virus corona atau Covid-19 membuat pemerintah sempat menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), yang membuat mobilitas masyarakat turun drastis. Hal ini menyebabkan anjloknya pendapatan dan laba perusahaan di sektor transportasi, bahkan beberapa di antaranya membukukan rugi.

Gambaran suram sektor transportasi sepanjang semester I 2020, terutama saat pandemi corona terlihat dari penurunan jumlah penumpang dari seluruh jenis transportasi pada Mei 2020. Kerugian terbesar dirasakan maskapai penerbangan, sebab jumlah penumpang, baik domestik maupun internasional turun lebih dari 50% pada Mei 2020.

Sebagai gambaran, pada Mei 2020 hanya terdapat 87.000 penumpang domestik dan 11.700 penumpang internasional. Jumlah tersebut turun masing-masing 89,6% dan 55% dibandingkan April 2020.

Untuk bertahan di tengah pandemi corona, beberapa perusahaan transportasi melakukan strategi menekan biaya operasional, dengan pemangkasan gaji atau melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Kemudian, menunda pembelian barang-barang modal selama pandemi karena operasional terdampak pandemi.

Selain itu, perusahaan di sektor transportasi juga mengambil langkah negosiasi dengan kreditur untuk mendapatkan keringanan atau relaksasi pembayaran pokok utang. Negosiasi juga dilakukan dengan lessor, seperti yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia Tbk, untuk menekan biaya sewa pesawat.

Beberapa strategi yang diambil perusahaan-perusahaan di sektor transportasi ini sedikit banyak mampu menahan efek negatif dari pandemi corona. Meski demikian, beberapa perusahaan tercatat mengalami rugi sepanjang semester I 2020 karena kinerjanya sangat tergantung dari mobilitas masyarakat.

Berikut ini kinerja beberapa perusahaan di sektor transportasi, baik transportasi darat, laut maupun udara:

1. PT Garuda Indonesia Tbk

PT Garuda Indonesia Tbk merupakan salah satu perusahaan sektor transportasi yang mengalami pukulan telak akibat pandemi corona. Seperti diketahui, adanya PSBB menyebabkan mobilitas masyarakat turun signifikan, sehingga mempengaruhi pendapatan perseroan secara langsung.

Sepanjang semester I 2020 Garuda Indonesia membukukan rugi bersih sebesar US$ 712,72 juta atau setara Rp 10,47 triliun (asumsi kurs Rp 14.700). Capaian ini berkebalikan dari kinerja periode yang sama tahun lalu, di mana perseroan mampu mencatatkan laba sebesar US$ 24,11 juta atau setara Rp 354,48 miliar.

Dalam laporan keuangan semester I 2020 yang belum diaudit, kerugian ini sejalan dengan anjloknya pendapatan usaha perseroan. Pada paruh pertama tahun ini, perseroan mencatatkan pendapatan sebesar US$ 917,28 juta, turun 58,18% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 2,19 miliar.

Penyebab utama penurunan pendapatan secara tajam ini adalah turunnya pendapatan dari penerbangan berjadwal, yang merupakan kontributor terbesar. Sepanjang semester I 2020 pendapatan dari penerbangan berjadwal tercatat sebesar US$ 750,25 juta, turun 59,55% dibandingkan semester I 2019.

Dari pos pendapatan lainnya, Garuda Indonesia mencatat raihan sebesar US$ 145,47 juta, turun 56,45% secara year on year (yoy). Pendapatan lainnya ini berasal dari lini bisnis pemelihatan pesawat, pelayanan penerbangan, biro perjalanan, jasa boga, hotel, transportasi hingga pergudangan.

Meski demikian, komponen pendapatan dari penerbangan tidak berjadwal tercatat meningkat. Pada semester I 2020 dari lini ini perseroan mampu meraup pendapatan US$ 21,54 juta, melonjak hingga 392,5% dibandingkan semester I 2019.

Sebelumnya perseroan menyatakan lini pendapatan tak berjadwal atau charter memang menjadi salah satu bisnis yang dimaksimalkan di tengah pandemi. Salah satu contohnya, pesawat disewa oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) farmasi untuk mengambil bahan baku obat di Shanghai, Tiongkok.

Selain itu, Garuda Indonesia juga melayani permintaan sewa pesawat dari pemerintah negara lain yang ingin memulangkan warga negaranya di tengah pandemi corona.

Sepanjang semester I 2020 perseroan sebenarnya mencatatkan penurunan beban usaha, namun jumlahnya tidak signifikan dibandingkan dengan penurunan pendapatan. Sepanjang semester I 2020 beban usaha perseroan tercatat sebesar US$ 1,64 juta, turun 21,99% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.

Komponen terbesar berasal dari beban operasional penerbangan, di mana pada semester I 2020 mencapai US$ 945,58 juta, turun 23,49% yoy. Begitu pula dengan beban pemeliharaan dan perbaikan yang pada semester I 2020 sebesar US$ 224,42 juta, turun hanya 7,54% dari US$ 242,72 juta.

2. PT Blue Bird Tbk

PT Blue Bird Tbk tercatat mengalami kerugian sebesar Rp 93,67 miliar sepanjang semester I 2020 akibat pandemi corona. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, perseroan berhasil mengantongi laba bersih senilai Rp 158,37 miliar, artinya profitabilitasnya turun hingga 159,15%.

Berdasarkan laporan keuangan belum teraudit, kerugian Blue Bird sejalan dengan pendapatan bersih yang hanya Rp 1,15 triliun pada semester I 2020. Raihan tersebut turun 39,86% dibandingkan semester I 2019 yang sebesar Rp 1,91 triliun.

Penurunan pendapatan terbesar dialami oleh segmen bisnis taxi, di mana sepanjang paruh pertama tahun ini hanya mengantongi Rp 865,74 miliar. Jumlah ini turun tajam 43,09% dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,52 triliun.

Bisnis sewa kendaraan pun juga terpukul pandemi corona sepanjang semester I 2020, dengan raihan pendapatan sebesar Rp 295,13 miliar. Capaian tersebut turun hingga 29,92% dibandingkan semester I 2019 senilai Rp 421,16 miliar.

Meski begitu, beban langsung tercatat turun 31,71% menjadi Rp 946,27 miliar pada semester I 2020, dari sebelumnya Rp 1,38 triliun pada pada periode yang sama tahun lalu. Salah satu penyebabnya adalah gaji, tunjangan, dan beban pengemudi turun 47,64% menjadi Rp 309,75 miliar.

Blue Bird juga mencatatkan penurunan beban usaha sebesar 5,59% menjadi Rp 312,58 miliar sepanjang semester I 2020. Pada periode yang sama tahun lalu, perseroan menanggung beban usaha sebesar 331,09 miliar.

Meski mencatatkan penurunan pada pos beban, jumlahnya tidak mampu menahan efek dari sisi pendapatan yang terkena pukulan telak pandemi corona. Alhasil, Blue Bird mencatatkan kerugian sepanjang semester I 2020.

Pada paruh pertama tahun ini, Blue Bird telah mengambil beberapa strategi untuk meminimalisir dampak pandemi corona. Salah satunya adalah mengadakan kesepakatan dengan para kreditur, untuk memperoleh relaksasi pembayaran pokok utang.

Kemudian perseroan juga melakukan efisiensi, seperti pemotongan gaji karyawan dan penyesuaian jumlah hari kerja. Melalui strategi ini, tercatat ada 3.312 karyawan yang terdampak.

3. PT Express Transindo Utama Tbk

PT Express Transindo Utama Tbk tercatat membukukan kerugian sebesar Rp 43,44 miliar sepanjang semester I 2020, turun 62,47% dibandingkan rugi yang dialami perseroan pada periode yang sama tahun lalu. Pada semester I 2019 perseroan membukukan rugi bersih sebesar Rp 115,78 miliar.

Halaman:
Reporter: Ihya Ulum Aldin
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...