Hingga Agustus 2020, Realisasi Penyerapan Anggaran PEN Capai 25%
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut realisasi anggaran pemulihan ekonomi nasional (PEN) telah mengalami peningkatan. Hingga Agustus 2020 realisasi penyerapannya telah mencapai 25% dari total anggaran yang ditetapkan sebesar Rp 695,2 triliun.
Ia menjelaskan hingga Agustus 2020 realisasi penyerapan anggaran PEN telah mencapai Rp 173,98 triliun, lebih tinggi dibandingkan semester I 2020 yang sebesar Rp 124,6 triliun.
Meski demikian, Airlangga menilai realisasi penyerapan anggaran PEN ini harus terus didorong, baik di kementerian maupun lembaga. Adapun, ia menyebut anggaran yang tidak terserap akan dialihkan kepada program-program yang mendukung produktivitas.
"Tentu agar perekonomian kita masuk di dalam jalur positif, maka anggaran PEN ini harus terus didorong terkait dengan penyerapannya," kata Airlangga di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (24/8).
Dengan terus memacu realisasi penyerapan anggaran PEN ini diharapkan perekonomian Indonesia dapat tumbuh positif pada kuartal III 2020, setelah sebelumnya terkontraksi 5,32% pada kuartal II 2020.
Sebagai informasi, pemerintah menetapkan anggaran PEN sebesar Rp 695,2 triliun, naik dari sebelumnya Rp 677,2 triliun. Peningkatan ini terjadi karena ada tambahan untuk kebutuhan korporasi dan daerah di tengah pandemi virus corona atau Covid-19.
Total biaya penanganan Covid-19 tersebut terdiri dari biaya kesehatan sebesar Rp 87,55 triliun, perlindungan sosial Rp 203,9 triliun dan insentif usaha Rp 120,61 triliun. Kemudian, bantuan untuk pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebesar Rp 123,46 triliun, pembiayaan korporasi Rp 537,57 triliun dan sektoral kementerian/lembaga & Pemerintah Daerah (Pemda) sebesar Rp 106,11 triliun.
Lebih lanjut, Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan PEN itu mengklaim tren ekonomi Indonesia terus membaik. Hal ini terlihat dari 36% perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang membukukan profitabilitas lebih baik ketimbang tahun lalu.
Perusahaan-perusahaan yang dimaksud ini bergerak di sektor keuangan, informasi dan komunikasi, hingga pertanian dan perkebunan mampu tumbuh positif. Profitabilitas meningkat didukung oleh harga komoditas global yang makin membaik.
Ia pun berharap harga komoditas yang diekspor, khususnya kelapa sawit bisa terus meningkat. Dengan begitu, nilai ekspor kelapa sawit pada 2020 tidak berbeda dibandingkan pada 2019.
"Inilah yang membangkitkan optimisme bahwa kita bisa melampaui krisis pandemi corona dan pemulihan ekonomi secara beriringan," ujarnya.