Lonjakan Covid-19 India & Negara Lain, WHO: Suramnya Solidaritas Dunia

Agustiyanti
3 Mei 2021, 09:10
India, infeksi Covid-19, pandemi global
ANTARA FOTO/REUTERS/Danish Siddiqui/AWW/sa.
Ilustrasi. India saat ini mencatatkan jumlah kasus harian mencapai hampir 400 ribu kasus.

Setahun lalu, ketika pandemi Covid-19 masih relatif kecil, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menekankan bahwa pendekatan global akan menjadi satu-satunya jalan keluar dari krisis.

"Jalan ke depan adalah solidaritas: solidaritas di tingkat nasional, dan solidaritas di tingkat global," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam jumpa pers pada April 2020 dikutip dari CNN.

Advertisement

Dua belas bulan kemudian, pemandangan yang menghancurkan hati terjadi di India. Rumah sakit kewalahan oleh lonjakan kasus Covid-19 dan ribuan orang meninggal karena kekurangan oksigen, menunjukkan peringatan itu tidak diindahkan banyak negara.

India bukan satu-satunya hotspot Covid-19 global. Turki memberlakukan karantina nasional pertamanya pada Kamis (29/4), sebuah langkah yang tidak diinginkan dipicu oleh tingkat infeksi yang sekarang tertinggi di Eropa.

Iran melaporkan jumlah kematian harian tertinggi Covid-19 pada Senin (27/4), dengan banyak kota yang terpaksa ditutup sebagian untuk mengekang penyebaran virus. Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan negara itu menderita gelombang infeksi keempat.

Gambaran di sebagian besar Amerika Selatan juga suram. Brasil kini mencatat lebih dari 14,5 juta kasus virus corona dan hampir 400 ribu kematian, menurut data Universitas Johns Hopkins dan terus memiliki tingkat kematian harian tertinggi Covid-19 per satu juta orang di dunia.

HEALTH-CORONAVIRUS/BRAZIL-AMAZON
HEALTH-CORONAVIRUS/BRAZIL-AMAZON (ANTARA FOTO/REUTERS/Bruno Kelly/rwa/cf)

Beberapa negara telah menawarkan bantuan kepada India yang kewalahan menghadapi pandemi. Bantuan berupa konsentrator oksigen, ventilator, dan persediaan medis lainnya diterbangkan ke India dalam beberapa hari terakhir. Namun, tanggapan global terkoordinasi yang didorong oleh Tedros setahun yang lalu - dan berulang kali sejak itu, oleh WHO dan badan kesehatan global lainnya - tetap sulit diimplementasikan.

Sementara banyak negara Barat tengah menuju ke kehidupan normal dalam beberapa pekan ke depan, gambaran infeksi Covid-19 di seluruh dunia tetap mengerikan.

WHO pada awal pekan lalu mencatat, jumlah kasus global telah meningkat selama sembilan minggu berturut-turut, sedangkan jumlah kematian naik selama enam minggu berturut-turut.

"Singkatnya, jumlah kasus pada pekan lalu hampir sebanyak lima bulan pertama pandemi," kata Tedros.

COVAX, inisiatif berbagi vaksin global yang memberikan potongan harga atau dosis gratis untuk negara-negara berpenghasilan rendah, masih merupakan kesempatan terbaik yang dimiliki sebagian besar orang untuk mendapatkan dosis vaksin yang dapat mengendalikan pandemi.

Namun, ini sangat bergantung pada kapasitas India, melalui Serum Institute of India (SII), untuk memproduksi dosis vaksin AstraZeneca yang merupakan landasan inisiatif COVAX.

India berjanji untuk memasok 200 juta dosis COVAX, dengan opsi hingga 900 juta lebih untuk didistribusikan ke 92 negara berpenghasilan rendah dan menengah. Namun, situasi di negara dengan penduduk terbesar kedua ini sendiri justru memburuk dengan cepat sehingga mereka mengalihkan fokus dari inisiatif tersebut ke warga negaranya sendiri.

Ketidakseimbangan yang Mengejutkan

Pada saat yang sama, negara-negara Barat dikritik karena menyimpan vaksin. Beberapa, termasuk Amerika Serikat, Kanada dan Inggris, telah memesan lebih banyak dosis vaksin daripada yang mereka butuhkan.

Menteri Kesehatan Inggris Matt Hancock mengatakan pada Rabu bahwa Inggris-yang sekarang memvaksinasi orang sehat berusia 40-an, setelah menawarkan setidaknya satu dosis untuk semua penduduk yang lebih tua dan lebih rentan - tidak memiliki vaksin cadangan untuk dikirim ke India. Pemerintah Inggris mengatakan akan berbagi kelebihan dosis di tahap selanjutnya.

"SII membuat dan memproduksi lebih banyak dosis vaksin daripada organisasi tunggal lainnya. Dan jelas itu berarti bahwa mereka dapat memberikan vaksin kepada orang-orang di India dengan biaya," kata Hancock.

India, menurut dia, dapat memproduksi vaksinnya sendiri, berdasarkan teknologi Inggris. Hal tersebut, menurut dia, merupakan kontribusi terbesar yang dapat kami berikan yang secara efektif berasal dari ilmu pengetahuan Inggris.

Di Amerika Serikat, setiap orang yang berusia 16 tahun ke atas sekarang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin Covid-19 dan 30% dari populasi telah divaksinasi penuh, menurut data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement