Dipuji IMF, Ekonomi Tiongkok Dinaungi Nasib Baik dalam 2 Krisis Besar
Dana Moneter Internasional (IMF) memuji respons Tiongkok dalam mengendalikan Pandemi Covid-19. Negara Tembok raksasa ini membuktikan sekali lagi mampu mengelola dan berhadapan dengan krisis besar.
Ekonomi Tiongkok pada tahun lalu berhasil tumbuh positif saat sebagian besar negara di dunia mengalami kontraksi ekonomi. PDB mereka tumbuh 2,3% pada tahun lalu dan diproyeksi meningkat 9,4% pada tahun ini.
"Tiongkok benar-benar contoh yang mengesankan. Mereka memberantas Pandemi dengan sangat agresif, sangat awal, dan ekonomi telah benar-benar kembali normal sejak pertengahan tahun lalu, jauh di depan negara mana pun" kata Tobias Adrian, direktur departemen moneter dan pasar modal IMF pada Selasa (6/4) seperti dikutip dari CNBC.
Kasus pertama Covid-19 dilaporkan Tiongkok pada akhir 2019. Meskipun virus dengan cepat menyebar ke seluruh dunia, sikap agresif Tiongkok dalam membendung virus pada awal tahun 2020 memungkinkannya untuk mengontrol gelombang kasus baru dengan lebih baik. Pemerintah Tiongkok menerapkan pembatasan perjalanan, penguncian yang ketat, dan peluncuran fasilitas kesehatan yang sangat cepat.
"Tindakan yang dapat diambil pemerintah untuk mengatasi pandemi, lebih mengganggu daripada di beberapa negara tetapi itu sangat membantu dalam keadaan ini. Jadi untuk kedua kalinya sekarang dengan krisis besar, Tiongkok bernasib sangat baik," kata Adrian.
Ia membandingkan kondisi ekonomi Tiongkok saat ini dengan krisis keuangan global tahun 2008.Pada saat itu, Tiongkok mengerahkan stimulus moneter dan fiskal dalam jumlah besar, yang mencegah guncangan yang lebih dalam dari krisis keuangan. Tiongkok juga memberikan dukungan penting kepada negara-negara tetangga di Asia.
"Memang akibat kebijakan krisis 2008, leverage mereka meningkat di Tiongkok misalnya di sektor korporasi. Beberapa bank yang lebih kecil memiliki risiko pada neraca mereka. Namun secara keseluruhan, itu merupakan bantuan yang luar biasa bagi perusahaan dan inovasi terus berlanjut," katanya.
Tiongkok menjadi satu-satunya negara besar yang berhasil tumbuh pada tahun lalu. Ekonomi negara ini hanya terkontraksi pada kuartal pertama 2020 dan kembali positif pada kuartal kedua 2020. Pertumbuhan ekonomi negara ini pun semakin meningkat pada kuartal ketiga dan keempat.
Kekuatan ekonomi Asia ini didorong oleh sektor ekspor yang sangat tangguh. Ekspor Tiongkok tumbuh lebih dari perkiraan pada Desember 2020. Gangguan pasokan barang akibat penyebaran Covid-19 di seluruh dunia memicu permintaan barang-barang asal Tiongkok, bahkan saat yuan menguat dan membuat barang dari negara tersebut lebih mahal.
Sementara konsumsi rumah tangga yang menjadi pendorong utama pertumbuhan, berada di bawah perkiraan para ekonomi di tengah kekhawatiran kebangkitan kembali kasus Covid-19. Penjualan retail turun 3,9% secara tahunan pada tahun lalu, menandai kontraksi pertama sejak 1968. Pertumbuhan penjualan ritel pada Desember meleset dari perkiraan analis dan turun menjadi 4,6% dari 5% pada November.
Penjualan pakaian, kosmetik, telekomunikasi, dan otomotif tumbuh melambat. Namun, sektor manufaktur Tiongkok yang luas terus mendapatkan momentum, dengan hasil produksi industri naik pada tingkat yang lebih cepat dari perkiraan sebesar 7,3% pada Desember 2020, mencapai level tertinggi sejak Maret 2019.
Kepala Biro Statistik Tiongkok Ning Jizhe mengatakan bahwa akan ada banyak kondisi yang menguntungkan untuk mempertahankan pemulihan ekonomi Tiongkok pada 2021, seperti pasar yang besar dan rantai pasokan yang tangguh. Tahun ini menandai dimulainya rencana lima tahun ke-14 Tiongkok, yang menurut pembuat kebijakan, penting untuk mengarahkan ekonomi keluar dari jebakan negara kelas menengah.