Bank Dunia Tambah Pinjaman Vaksin Covid-19 untuk 54 Negara Rp 68 T
Bank Dunia menambah dana pinjaman untuk pengadaan vaksin senilai US$ 4,7 miliar atau setara Rp 67,6 triliun. Alokasi tambahan ini akan didistribusikan kepada 54 negara pada tahun ini.
Penambahan dana bersamaan dengan audit laporan keuangan Bank Dunia untuk tahun fiskal 2021 atau periode Juli 2020 hingga Juni 2021. Sepanjang periode tersebut, Bank Dunia mencatat realisasi penyaluran pinjaman telah mencapai US$ 84,3 miliar khusus untuk penanganan pandemi Covid-19. Angka tersebut belum termasuk pendanaan jangka pendek, serta mobilisasi dan dana perwalian yang dilaksanakan oleh Penerima atau Recipient Excuted Trust Fund (RETF)
"Ini untuk membantu negara-negara dunia memperkuat sistem kesehatan, melindungi orang miskin dan rentan, mendukung pekerjaan dan bisnis, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan langkah awal pemulihan yang hijau, tangguh, dan inklusif.” kata Presiden Bank Dunia David Malpass dalam keterangan persnya, Senin (9/8).
Penyaluran pinjaman untuk tahun fiskal 2021 disalurkan melalui sejumlah lembaga di bawah naungan grup Bank Dunia. Lembaga tersebut terdiri atas, penyaluran pinjaman sebesar US$ 30,5 miliar melalui Bank Internasional untuk Rekontruksi dan Pembangunan (IBRD), nilainya naik 9% dibandingkan periode sebelumnya. Lembaga ini khusus memberi pendanaan bagi negara berkembang berpendapatan menengah. Realisasinya 42% penerima pinjaman merupakan negara berpenghasilan menengah ke bawah.
Selain itu, Bank Dunia juga menyediakan pinjaman sebesar US$ 36 miliar melalui Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA). Nilainya naik 19% dibandingkna periode sebelumnya. IDA memberikan pinjaman penanganan Covid-19 khusus bagi kategori negara miskin dengan pendapatan rendah.
Bank Dunia masih memiliki dua lembaga lainnya untuk penyaluran pinjaman Covid-19, yakni Korporasi Pembiayaan Internasional (IFC) dan Badan Penjaminan Investasi Multilateral. IFC berfokus pada pemberian pinjaman pada sektor swasta, sedangkan MIGA memiliki tugas khusus mendorong masuknya investasi asing langsung ke negara-negara berkembang.
Pada sepanjang tahun fiskal 2021, IFC menyediakan pinjaman sebesar US$ 31,5 miliar, naik 11% dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan 37% dari realisasi pendanaan IFC mengalir ke negara berpendapatan rendah dan rapuh yang terdampak konflik.
Sementara, itu, penyediaan pendanaan melalui MIGA mencapai US$ 5,2 miliar. Ini termasuk dana US$ 3,5 miliar yang disalurkan melalui badan khusus cepat tanggap untuk mendukung investor dan sektor swasta di negara berkembang yang terdampak pandemi Covid-19.
Bank Dunia sebelumnya melaporkan telah menyalurkan pinjaman kepada negara-negara berkembang untuk penanganan Covid-19 sejak awal pandemi mencapai US$ 157,1 miliar atau setara Rp 2.284 triliun. Pinjaman ini diberikan untuk memperbaiki akses kesehatan dan mengatasi dampak sosial ekonomi yang disalurkan selama 15 bulan terakhir pada April 2020 hingga Juni 2021.
Bank Dunia juga telah bekerjasama dengan tiga lembaga dunia lainnya yaitu, Dana Moneter Internasional (IMF), Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), empat lembaga tersebut menyepakati penambahan dana pinjaman untuk vaksin sebesar US$ 35 miliar. Ini melengkapi pembiayaan yang telah mereka sepakati sebelumnya untuk penanganan pandemi Covid-19 tahun 2021 sebesar US$ 50 miliar kepada negara-negara berkembang.