Manufaktur Tiongkok Anjlok ke Level Kontraksi karena Lonjakan Covid-19
Lonjakan kasus Covid-19 telah mendorong penurunan kinerja pabrik-pabrik di Tiongkok. Ini tercermin dari Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur pada Agustus yang turun ke level 49,2 dari bulan sebelumnya 50,3.
Ekonom Senior Caixin Insight Group mengatakan, penurunan PMI Manufaktur pada Agustus tercatat sebagai kontraksi pertama sejak April tahun lalu. “Kemunculan kembali klaster Covid-19 di beberapa wilayah yang dimulai pada akhir Juli telah memberikan dampak negatif pukulan untuk aktivitas manufaktur," kata Wang Zhe dalam rilis IHS Markit, Rabu (1/9).
Zhe menjelaskan, penawaran dan permintaan di sektor manufaktur menyusut karena wabah Covid-19 mengganggu sektor produksi. Dari sisi output, total pesanan baru dan pesanan ekspor baru semuanya terkontraksi. Sementara Output menyusut untuk pertama kalinya sejak Februari 2020.
"Permintaan produk intermediary dan barang investasi juga turun, sedangkan untuk barang konsumsi relatif stabil, ekspor turun di tengah gangguan logistik dan berlanjutnya pandemi di luar negeri," kata Zhe.
Laporan IHS Markit mencatat, pembelian barang produksi kembali turun setelah penurunan bulan sebelumnya. Namun, persediaan barang justru naik untuk pertama kalinya dalam enam bulan terakhir. Hal ini dipengaruhi adanya hambatan dalam proses pengiriman barang ke klien.
Dari sisi distribusi, kinerjanya juga memburuk. Waktu tunggu barang meningkat ke level tertinggi sejak Februari, tetapi masih solid secara keseluruhan. Peningkatan waktu tunggu dipengaruhi kenaikan kasus yang menghambat aktivitas logistik dan tingkat stock yang relatif rendah di vendor.
Penurunan pada kinerja manufaktur Tiongkok turut mendororong semakin sedikitnya serapan tenaga kerja baru. Meski hanya turun tipis, namun jumlah tenaga kerja baru bulan lalu merupakan yang terburuk sejak April 2020.
"Pasar tenaga kerja sedikit menyusut di tengah tekanan Covid-19. Sub-indeks untuk ketenagakerjaan jatuh ke zona kontraksi untuk pertama kalinya dalam lima bulan, yang menyebabkan peningkatan backlog pekerjaan," kata Zhe.
Zhe juga mengatakan, harga bahan baku yang lebih tinggi dan biaya transportasi yang lebih besar mendorong kenaikan harga input secara keseluruhan. Tingkat inflasi pada upah dan bahan baku produksi meningkat untuk pertama kalinya dalam tiga bulan. Pada saat yang sama, harga grosir dari pabrik ikut naik meskipun tipis.
Mengutip data WHO, Tiongkok kembali melaporkan lonjakan kasus positif harian Covid-19 di atas 100 per hari pada dua pekan awal Agustus. Rekor tertinggi bahkan tercatat pada 10 Agustus dengan penambahan 153 kasus baru, tertinggi sejak 26 Juni dengan penambahan 161 kasus. Namun rekor baru ini masih jauh di bawah lonjakan akhir Mei, saat itu rekor tertinggi tercatat 742 kasus baru pada 23 Mei.
Kasus Covid-19 harian Tiongkok mulai turun kembali di bawah rata-rata 100 kasus per hari pada akhir pekan ke dua Agustus. Pada Selasa (31/8) kasus positif harian hanya bertambah 48 kasus baru.
Tiongkok adalah negara eksporti terbesar dunia pada tahun lalu, seperti terlihat dalam databoks di bawah ini. Kinerja manufaktur Tiongkok akan mempengaruhi perdagangan internasional banyak negara, termasuk Indonesia.