Rupiah Melemah 14.114 per US$ Tertekan Pengetatan Bank Sentral Global

Abdul Azis Said
21 Oktober 2021, 09:57
rupiah, dolar AS, us treasury
Adi Maulana Ibrahim |Katadata
Ilustrasi. Kurs rupiah dibuka melemah 0,17% di level Rp 14.100 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini.

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,17% di level Rp 14.100 per dolar AS pada perdagangan di pasar spot pagi ini. Rupiah diramal masih akan melanjutkan pelemahan di tengah pengetatan kebijakan moneter sejumlah bank sentral yang ikut mengerek kenaikan yield US Treasury.

Mengutip Bloomberg, rupiah terus melemah ke level Rp 14.114 pada pukul 09.45 WIB, semakin jauh dari penutupan Selasa (19/10) Rp 14.076 per dolar AS.

Mata uang Asia lainnya bergerak bervariasi. Penguatan terjadi pada rupee India 0,63% bersama yuan Cina 0,02%, ringgit Malaysia 0,06%, dolar Taiwan 0,01% dan dolar Singapura 0,10%. Sedangkan yen Jepang melemah 0,02% bersama dolar Hong Kong 0,01%, won Korea Selatan 0,05%, peso Filipina 0,03% dam bath Thailand 0,01%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah akan melemah pada perdagangan hari ini di level Rp 14.100, dengan potensi penguatan di posisi Rp 14.050 per dolar AS. Ekspektasi inflasi yang tinggi mendorong sejumlah bank sentral memperketata kebijakan moneternya termasuk The Fed, ini terlihat dari yield US Treasury yang kembali naik.

"Fokus pasar terhadap kenaikan inflasi di dunia dan juga di AS belakangan ini karena krisis energi telah menahan yield obligasi AS di level tinggi," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (21/10).

Mengutip treasury.gov, yield obligasi pemerintah AS kembali naik ke level 1,65% dalam dua hari terakhir. Ini merupakan rekor tertinggi sejak 19 Mei 2021 di level 1,68%.

Inflasi yang tinggi menjadi perhatian banyak bank sentral, beberapa di antaranya telah menaikkan suku bunga dan sebagian lainnya mulai bersiap memulainya dalam waktu dekat. Bank sentral Selandia Baru awal bulan ini menaikkan suku bunganya 25 basis poin (bps) akibat tekanan inflasi. Ini menandai kenaikan suku bunga pertamanya dalam tujuh tahun terakhir.

Langkah serupa lebih dulu dilakukan bank sentral Korea Selatan pada Agustus lalu. Bank of Korea menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 0,75% akibat tekanan inflasi. Negeri Ginseng tersebut menjadi negara pertama di Asia yang mulai memperketat kebijakan moneternya. Bank sentral Singapura kemudian menyusul pada pekan lalu.

Bank sentral Inggris awal pekan ini juga memberi sinyal kenaikan suku bunga yang diperkirakan akhir tahun 2021 atau awal tahun depan. Kenaikan didorong ekspektasi inflasi yang akan meroket, otoritas memperkirakan inflasi Inggris tahun ini akan melampaui 4%, dua kali lebih tinggi dari target.

Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) juga mulai ancang-ancang mengakhiri pelonggaran moneternya. Notulen rapat FOMC bulan lalu menunjukkan The Fed akan mengumumkan rencana tapering off berupa pengurangan pembelian aset pada pertemuan bulan depan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...