The Fed Diramal Naikkan Suku Bunga Tiga Kali Tahun Depan
Tekanan inflasi menjadi alasan pasar mulai mengantisipasi kemungkinan mulai agresifnya bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) memperketat kebijakan moneter. Survei FedWatch oleh CME menunjukkan pasar memperkirakan bank sentral akan menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali tahun depan.
Survei CME tersebut berjalan realtime, sehingga menangkap perubahan ekspektasi secara terus menerus. Berdasarkan pemantauan Kamis pagi (28/10), 65% trader memperkirakan kenaikan pertama bunga acuan dilakukan pada Juni. Kemudian 51% di antaranya memperkirakan kenaikan kedua pada September dan 50% lebih memperkirakan kenaikan ketiga pada Desember 2022.
Adapun ekspektasi kenaikan ketiga sangat minim. Pasalnya, pada perkirakan sebelumnya hanya 45,8% yang meramal kenaikan pada Desember. Pada survei sebelumnya, 51% trader memperkirakan kenaikan ketiga baru akan dilakukan pada Februari 2023.
Komponen inti, tidak termasuk makanan dan energi, diperkirakan akan inflasi 4% yoy pada tahun depan. Sedangkan inflasi pada pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) diramal naik 3,6%. PCE dan IHK merupakan dua komponen berbeda dalam pengukuran kenaikan harga, PCE dirilis oleh Departemen Perdagangan AS, sedangkan IHK melalui Departemen Tenaga Kerja.
Kesenjangan 0,4 poin persentase antara inflasi komponen inti dan PCE ini merupakan indikator yang juga menjadi perhatian The Fed untuk memperketat stimulus moneternya. Goldman Sachs memperkirakan kesenjangan tersebut kemungkinan akan meningkat pada tahun-tahun mendatang karena kenaikan pada harga hunian.
Goldman Sachs meramalkan spread juga akan melebar karena kenaikan harga mobil yang bisa memakan waktu cukup lama untuk bisa turun. Selain itu, lonjakan juga terjadi pada biaya asuransi kesehatan.
"Indeks PCE menjadi indikator inflasi pilihan The Fed, meski begitu pejabat sebenarnya melihat banyak ukuran. Dan semakin tampak bahwa set lengkap data inflasi tersebut akan terlihat cukup panas berdasarkan basisn pada pertengahan tahun depan ketika pembelian aset berakhir," kata ekonom Goldman David Mericle dan Spencer Hill dalam sebuah catatan dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (28/10).