The Fed Resmi Mulai Tapering Off Akhir Bulan Ini
Bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed) resmi mengumumkan tapering off alias pengetatan stimulus yang akan dimulai akhir bulan ini. The Fed akan mengurangi pembelian aset secara rutin sebesar US$ 15 miliar.
Pengurangan pembelian aset akan menjadi langkah awal The Fed menarik diri dari dukungannya kepada pasar dan ekonomi akibat tekanan pandemi. The Fed rutin memborong aset pemerintah senilai US$ 120 miliar, terdiri atas US$ 80 miliar melalui US Treasury dan US$ 40 miliar di sekuritas beragun hipotek.
Langkah tapering akan mengurangi pembelian tersebut masing-masing US$ 10 miliar di US Treausry dan US$ 5 miliar di sekuritas beragun hipotek.
"Mengingat kemajuan substansial lebih lanjut yang telah terlihat pada perekonomian terhadap target yang ditetapkan Komite pada Desember lalu, kami memutuskan untuk mulai mengurangi pembelian aset bulanan," demikian pernyataan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (3/11).
The Fed secara rutin akan mengurangi pembelian dengan besaran yang sama setiap bulannya. Jika pemulihan terus berlanjut, makaThe Fed hanya akan melakukan pembelian obligasi US$ 90 miliar pada Desember, terdiri atas US$ 60 miliar berupa US Treasury dan US$ 30 miliar sekuritas beragun hipotek.
“Komite menilai bahwa pengurangan serupa dalam laju pembelian aset bersih kemungkinan akan sesuai setiap bulan, tetapi siap untuk menyesuaikan laju pembelian tergantung pada perubahan prospek ekonomi,” kata komite.
Keputusan ini sejalan dengan ekspektasi pasar. Hal ini tercermin dari indeks saham utama AS yang kompak bergerak positif dan diikuti kenaikan pada yield obligasi pemerintah. Kendati demikian, bisa dipastikan ini akan menjadi sentimen negatif pada pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia.
Seiring dengan langkah tapering off, The Fed tidak banyak mengubah pandangannya tentang inflasi. Kendati demikian, mereka masih tetap dengan pernyataan yang sama dengan pertemuan sebelumnya yaitu menggunakan kata 'sementara' untuk menjelaskan eksepktasi kenaikan harga-harga ke depannya.
Teh Fed mengatakan, masalah rantai pasok dan meningkatnya perintaan sebagai respon pembukaan restriksi di banyak wilayah telah mendorong inflasi di beberapa sektor. Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan, inflasi akan mulai reda sekitar pertengahan 2022.
“Perkiraan dasar kami adalah kemacetan dan kekurangan rantai pasokan akan bertahan hingga tahun depan dan juga meningkatkan inflasi,” kata Powell usai pertemuan FOMC semalam.
Ia mengatakan seiring membaiknya rantai pasok dan penurunan pada tekanan pandemi, pemulihan ekonomi akan menguat. Pada saat itu, menurutnya, tekanan inflasi juga akan mulai turun. Pejabat The Fed yakin inflasi pada akahirnya akan kembali pada sasaran target mereka di 2%.
Di sisi lain, banyak pelaku pasar yang mengharapkan The Fed untuk menghentikan bahasa 'sementara' untuk menjelaskan kondisi inflasi. Hal ini karena kenaikan harga-harga telah memanas dan diproyeksikan masih akan bertahan lebih lama.
"The Fed meluncurkan penurunan quantitative easing hari ini seperti yang diharapkan secara luas, tetapi masih bersikeras bahwa lonjakan inflasi 'sebagian besar' bersifat sementara, yang menunjukkan bahwa sikap dovish masih memiliki keunggulan," kata kepala ekonom AS di Capital Economics Paul Ashworth,
Seiring meningkatnya tekanan inflasi, pasar juga mengantisipasi The Fed akan memulai kenaikan bunga acuan lebih cepat dari perkiraan awal pada tahun 2023. Pasar memperkirakan kenaikan suku bunga akan dimulai setelah pembelian aset berakhir atau pada paruh kedua tahun depan.
Meski demikian, Powell sebelumnya juga sudah berulang kali memperingatkan bahwa pengurangan aset tidak ada kaitannya dengan persiapan kenaikan suku bunga.