Inflasi Amerika Melonjak 6,2% pada Oktober, Tertinggi dalam 30 Tahun
Amerika Serikat menghadapi lonjakan kenaikan harga barang dan jasa pada Oktober. Inflasi Amerika bulan lalu mencapai 6,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tertinggi dalam 30 tahun terakhir.
Mengutip CNBC, indeks harga konsumen yang terdiri dari sekeranjang produk mulai dari bensin, perawatan kesehatan, bahan bakar, makanan, hingga sewa ini berada di atas perkiraan Dow Jones sesear 5,9%. Sementara inflasi bulanan tercatat 0,9%, juga di atas perkiraan sebesar 0,6%.
Inflasi inti bulanan naik 0,6% dari perkiraan 0,4%. Sementara inflasi inti secara tahunan mencapai 4,6%, juga lebih tinggi dari ekspektasi 4% dan tertinggi sejak Agustus 1991.
Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan, harga bahan bakar minyak melonjak 12,3% untuk bulan tersebut, bagian dari kenaikan 59,1% sejak tahun lalu. Harga energi secara keseluruhan naik 4,8% pada Oktober dan naik 30% untuk periode 12 bulan.
Harga kendaraan bekas kembali menjadi kontributor besar dałam lonjakan harga, naik 2,5% dibandingkan bulan sebelumnya dan 26,4% untuk tahun ini. Harga kendaraan baru masing-masing naik 1,4% dan 9,8%.
Harga makanan juga menunjukkan kenaikan yang cukup besar, naik 0,9% secara bulanan dan 5,3% secara tahunan. Dalam kategori makanan, daging, unggas, ikan dan telur secara kolektif naik 1,7% secara bulanan dan 11,9% secara tahunan.
Kenaikan harga membuat kesejahteraan para pekerja semakin tertinggal. Dalam laporan terpisah, Departemen Tenaga Kerja AS mengatakan upah riil setelah inflasi turun 0,5% dari September hingga Oktober. Sementara secara nominal, rata-rata pendapatan per jam para pekerja AS naik 0,4%.
Biaya tempat tinggal, yang merupakan sepertiga dari perhitungan indeks harga konsumen AS meningkat 0,5% secara bulanan pada Oktober atau 3,5% secara tahunan. Angka menunjukkan lebih banyak alasan untuk khawatir bahwa inflasi bisa lebih persisten daripada yang diantisipasi oleh pembuat kebijakan. Laju tahunan untuk inflasi tempa tinggal adalah yang tertinggi sejak September 2019.
"Inflasi jelas semakin buruk sebelum menjadi lebih baik, sementara kenaikan signifikan dalam harga tempat tinggal menambah bukti tentang perluasan tekanan inflasi," kata Seema Shah, Kepala Strategi di Principal Global Investors.
Data tersebut muncul ketika pembuat kebijakan seperti Ketua Fed Jerome Powell dan Menteri Keuangan Janet Yellen menyatakan bahwa tekanan harga saat ini bersifat sementara dan terkait dengan masalah khusus pandemi Covid-19. Meskipun mereka telah mengakui bahwa inflasi lebih persisten dari yang mereka harapkan, kondisi akan kembali normal selama sekitar satu tahun ke depan.
Pasar saham berjangka jatuh setelah laporan dan imbal hasil obligasi naik. Inflasi yang meningkat dapat menyebabkan The Fed mengetatkan kebijakan lebih cepat daripada yang telah diisyaratkan. Bank sentral telah mengindikasikan bahwa dalam beberapa minggu ke depan akan mulai mengurangi jumlah obligasi yang dibelinya setiap bulan, meskipun para pejabat telah mengindikasikan bahwa kenaikan suku bunga masih akan terjadi di masa depan.
Pelaku pasar pada Rabu pagi memperkirakan dua kenaikan suku bunga pada 2022 dan sekitar 44% kemungkinan kenaikan ketiga, menurut alat FedWatch CME. The Fed telah menunjukkan kemungkinan kecil hanya satu kenaikan ke depan, meskipun Presiden Fed St. Louis James Bullard mengatakan kepada CNBC semalam bahwa dia melihat dua.
Sebuah laporan terpisah Rabu menunjukkan bahwa klaim awal untuk tunjangan pengangguran turun tipis menjadi 267.000, terendah baru era pandemi setelah turun 4.000 dari minggu sebelumnya. Itu di bawah perkiraan Dow Jones untuk 269.000.
Klaim lanjutan, yang berjalan seminggu di belakang, meningkat sebesar 59.000 menjadi 2,16 juta, sementara total penerimaan manfaat di bawah semua program turun 107.095 menjadi 2,56 juta. Jumlah terakhir adalah 21,7 juta pada tahun lalu.