Ekonomi Indonesia Berpotensi ‘Diuntungkan’ dari Perang Rusia Ukraina

Agustiyanti
24 Februari 2022, 19:50
perang, perang rusia dan ukaina, rusia dan ukraina, perang rusia ukraina, rusia ukraina
ANTARA FOTO/Press Service of the Ukrainian Air Assault Forces/Handout via REUTERS/WSJ/cfo
Ilustrasi. Perang antara Rusia dan Ukraina menekan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini. Rupiah ditutup melemah 0,37% di level Rp 14.391 per dolar AS.

Perang antara Rusia dan Ukraina berpeluang memberikan dampak positif bagi perekonomian Indonesia. Konflik kedua negara ini mendongkrak harga komoditas energi yang merupakan andalan eskpor Indonesia.

Ekonom BCA David Sumual mengatakan, meningkatnya situasi perang saat ini sebenarnya menguntungkan bagi ekonomi negara-negara yang menghasilkan komoditas. Kenaikan harga sudah mulai terjadi pada minyak, gas, hingga batu-bara. 

“Ini sebenarnya menguntungkan negara penghasil komoditas. Kemungkinan akan diuntungkan, secara neto akan positif. Ini tinggal bagaimana memjaga confiedence domestik ke rupiah,” ujar David kepada Katadata.co.id, Kamis (24/2). 

Sentimen konflik Rusia dan Ukraina menekan nilai tukar rupiah pada perdagangan hari ini. Rupiah ditutup melemah 0,37% di level Rp 14.391 per dolar AS. David menilai pelemahan rupiah hanya sementara karena pasar masih terkejut dengan kondisi yang baru terjadi. 

“Cadangan devisa kita kuat dan porsi asing pada surat utang juga saat Ini hanya 19%,” kata dia. 

Meski demikian, menurut David, pemerintah harus mewaspadai kenaikan inflasi yang mungkin akan terdorong oleh kondisi global ini. Konflik antara kedua negara akan mendorong kenaikan harga secara global yang dapat berdampak pada inflasi di dalam negeri. 

“Yang terpenting adalah pemeirntah harus mampu mengendalikan harga barang yang menyangkut hajat hidup orang banyak, seperti beras, minyak goreng, kedelai,” ujarnya. 

Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga menilai panasnya konflik geopilitik ini akan berdampak positif terhadap ekspor Indonesia. Hal ini serupa dengan kondisi tahun lalu saat ekspor terdongkrak oleh harga komoditas akibat krisis energi dunia. 

"Harga minyak meningkat dan ini mendorong harga komoditas lain. Tentu kalau dilihat dampak ke ekspor, ini blessing," ujarnya. 

Di sisi lain, menurut dia, kenaikan ekspor akan menjaga kurs rupiah tetap stabul di tengah sentimen kenaikan suku bunga Amerika Serikat. 

 

Dampak Langsung ke Perdagangan

Ekonom Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro menjelaskan, Ukraina dan Rusia selama ini mengandalkan Indonesia untuk memasok minyak sawit atau crude palm oil (CPO). Nilai ekspor CPO Indonesia ke kedua negara tersebut mencapai US$ 1,1 miliar atau 3% dari total ekspor CPO Indonesia yang mencapai US$ 32,8 miliar. 

"Indonesia mengimpor sekitar US$ 1 miliar komoditas Rusia setiap tahun. Ini termasuk minyak, gas alam, pupuk, serta besi dan baja," ujarnya. 

Di sisi lain, Ukraina menyumbang sepertiga dari impor gandum Indonesia. Ia memperkirakan konflik ini akan mendorong kenaikan harga gandum yang berdampak pada harga roti, sereal, dan mie instan. Pada tahun lalu, Indonesia membeli gandum sebesar US$ 946 juta dari Ukraina.

 

 

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...