Moody's Sebut Rusia Berisiko Kesulitan Bayar Utang
Lembaga pemeringkatan Moody's menyebut sanksi Negara-negara Barat terhadap Rusia sebagai imbas serangan ke Ukraina akan mengganggu kelancaran pembayaran utang pemerintah. Moody's saat ini tengah memantau pembayaran kupon obligasi Rusia yang jatuh tempo kurang dari dua pekan lagi.
"Moody's akan memantau apakah ada penundaan dalam melaksanakan pembayaran kupon eurobond berikutnya sebesar US$ 117 juta (atau Rp 1,68 triliun kurs Rp 14.380/US$) yang jatuh tempo pada 16 Maret dalam memutuskan perubahan lebih lanjut pada peringkat. Jika terjadi keterlambatan pembayaran yang melampaui masa tenggang, peringkat B3 akan konsisten," kata Moody's dalam laporannya dikutip Jumat (4/3).
Moody's menurunkan peringkat utang jangka panjang Rusia, baik penerbitan utang mata uang lokal maupun valuta asing, menjadi rating B3 atau non-investment grade dari sebelumnya Baa3 investment grade. Moody's juga terus memantau potensi penurunan lebih lanjut.
Ada dua alasan Moody's menurunkan peringkat utang Rusia. Pertama, terdapat risiko hambatan pada pembayaran utang negara akibat sanksi Amerika dan negara barat. Kedua, kemungkinan gangguan berkelanjutan terhadap ekonomi dan sektor keuangan akibat sanksi akan membatasi akses RUsia ke cadangan internasional yang dibutuhkan untuk melindungi Rusia dari guncangan merugikan.
Sanksi berat dan terkoordinasi yang dikenakan pada Rusia beberapa hari terakhir telah mengganggu kemampuannya untuk melakukan transaksi lintas batas, termasuk untuk pembayaran utang negara. Larangan Rusia atas transfer mata uang asing ke luar negeri sebagai imbas sanksi merusak rekam jejak kemampuan Rusia untuk membayar utangnya dan membuat arus pembayaran utang sangat rentan.
Pembatasan akses beberapa bank Rusia ke SWIFT ditambah dengan sanksi bank-bank besar milik negara dan bank sentral Rusia (CBR) akan memblokir lembaga-lembaga ini untuk berpartisipasi dalam sistem keuangan global dan membuat mereka sangat sulit untuk terlibat dalam transaksi internasional.
"Moody's menganggap sekarang ada kemungkinan signifikan bahwa kemampuan Rusia untuk membayar kembali kewajiban utang negaranya akan terganggu oleh sanksi tersebut," kata Moody's.
Bukan hanya itu, langkah pemerintah Rusia yang melarang transfer mata uang asing ke luar negeri juga dianggap merusak kekuatan ekonomi Rusia dan membuat aliran pembayaran utang luar negeri sangat rentan. Meningkatnya ketidakpastian tindakan pemerintah akan berdampak pada profil kredit Rusia, sehingga ini menjadi cerminan dari lemahnya checks and balances oleh lembaga eksekutif dan melemahkan kekuatan institusional dan efektivitas kebijakan.
Risiko ketidakstabilan ekonomi makro Rusia juga meningkat. Moody's menyebut, sanksi akan mengakibatkan gangguan berkepanjangan terhadap ekonomi dan sektor keuangan. Depresiasi mata uang rubel Rusia memiliki konsekuensi kenaikan inflasi, perlambatan kegiatan ekonomi dan penurunan standar hidup masyarakat. Adanya penarikan simpanan oleh nasabah secara signifikan membuat likuiditas perbankan menyusut dan meningkatkan risiko terhadap stabilitas keuangan.
Sanksi menyebabkan sebagian besar penyangga keuangan Rusia tidak dapat diakses. Pembekuan aset cadangan CBR, Kementerian Keuangan dan National Wealth Fund Rusia telah mengurangi buffer Rusia dalam meredam guncangan. Meskipun Rusia menyimpang 20% cadangannya di Emas, tetapi Moody's menyebut itu kemungkinan akan sulit dicarikan menjadi hard currency.
"Likuiditas yang lebih lemah di sektor perbankan akan mengurangi kemampuannya untuk memberikan pembiayaan kepada pemerintah dan perekonomian yang lebih luas di tengah gangguan sektor keuangan dan risiko penarikan simpanan yang signifikan," kata Moody's.