BPS Catat Impor Daging dan Buah-Buahan Melonjak Jelang Ramadan
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor barang konsumsi pada bulan lalu melonjak 51,22% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 1,82 miliar menjelang momentum Ramadan dan Lebaran. Kenaikan impor terutama terjadi pada produk daging hingga buah-buahan.
"Kalau dilihat barang-barangnya ini kan bisa juga dikaitkan dengan persiapan Ramadan, tetapi kaitan langsungnya belum bisa dipastikan," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers, Senin (18/4).
Margo mengatakan, tiga barang konsumsi yang peningkatannya signifikan, yakni daging, buah-buahan dan produk farmasi. Impor daging beku melonjak 240% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi US$ 64,7 juta, impor buah apel segar melonjak 562% menjadi US$ 30,3 juta, impor jeruk mandarin melesat 561% menjadi US$24 juta,, serta impor vaksin naik 279% menjadi US$ 42 juta.
Di samping tiga komoditas tersebut, mayoritas impor barang konsumsi memang naik. Impor gula tebu, termasuk sukrosa murni secara kimiawi naik 280% menjadi US$ 48,6 juta. Impor bahan bakar diesel naik 73% menjadi US$ 53,9 juta.
Margo juga melaporkan, impor secara keseluruhan meningkat pada bulan lalu sebesar 32,02% menjadi US$ 21,97 miliar. Impor migas naik 20,33%, sedangkan non-migas naik 34,5%.
"Impor non migas meningkat 34,5% secara bulanan karena meningkatnya impor untuk mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya 28,23% diikuti mesin dan peralatan mekanis serta bagianya meningkat 18,65%," kata Margo.
Berdasarkan penggunaanya, mayoritas impor bulan lalu masih berupa bahan baku atau penolong sebesar US$ 17,02 miliar atau 77,46% dari total impor. Impor bahan baku penolong ini tumbuh 32,6% dibandingkan bulan sebelumnya.
Impor barang modal tercatat US$ 3,13 miliar atau mencakup 14,26% dari total impor bulan lalu. Impor barang modal tumbuh 20,31% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara itu, meski tumbuh paling tinggi secara bulanan, impor barang konsumsi sebetulnya hanya berkontribusi US$ 8,28% dari total impor.
Margo juga melaporkan ekspor bulan lalu tercatat sebesar US$ 26,5 miliar atau tumbuh 29,42% dibandingkan bulan sebelumnya. Dengan realisasi ekspor yang lebih besar ini, maka neraca dagang Maret kembali mencetak surplus sebesar US$ 4,53 miliar. Realisasi surplus neraca dagang ini lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya US$ 3,83 miliar.