Sri Mulyani: Tekanan Ekonomi Akibat Perang Makin Berat di Kuartal 2
Kementerian Keuangan memperkirakan dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina terhadap perekonomian global baru akan terlihat jelas pada kuartal kedua tahun ini. Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut sejumlah negara sudah mulai menghadapi perlambatan pertumbuhan dalam tiga bulan pertama tahun ini.
"Pertumbuhan ekonomi di berbagai negara akan mengalami tekanan, terutama di kuartal kedua. Perang mulai terjadi bulan Februari dan sanksi mulai diberlakukan, sehingga dampaknya akan kita lihat mulai April Mei dan Juni," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA, Senin (23/5).
Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan, pertumbuhan ekonomi di berbagai wilayah mulai menunjukkan perlambatan di kuartal pertama tahun ini. Hong Kong bahkan terkontraksi 4% setelah konsisten tumbuh positif atas 4% pada empat kuartal sebelumnya.
Ekonomi sejumlah negara juga melambat. Meksiko hanya tumbuh 1,6% secara tahunan, Korea Selatan 3,1%, Singapura 3,4%, Amerika Serikat 3,6% hingga Italia 5,8%. Penurunan kinerja pertumbuhan ekonomi ini bukan hanya disebabkan oleh perang, tetapi juga meningkatnya kasus Omicron serta adanya gangguan dari sisi suplai.
"Pemulihan pada sektor-sektor ekonomi utama, seperti manufaktur sebetulnya masih berlanjut, tetapi melambat pada April 2022, terutama akibat pembatasan covid-19 di Cina dan tekanan inflasi," kata bendahara negara tersebut.
Meski demikian, kinerja sektor manufaktur Indonesia masih tetap ekspansif. Indeks PMI Manufaktur naik ke 51,9 poin pada April 2022. Namun, Sri Mulyani mengingatkan untuk tetap waspada akan adanya tekanan terhadap sektor manufaktur domestik dalam beberapa bulan mendatang.
Adapun indikator dini perekonomian di dalam negeri menunjukan pemulihan ekonomi masih kuat memasuki kuartal kedua tahun ini. Mobilitas masyarakat hingga pekan kedua Mei tumbuh 18,5% dibandingkan sebelum pandemi. Indeks penjualan ritel juga melanjutkan pertumbuhan sebesar 6,8% secara bulanan pada April 2022.
"Kami harap sampai Mei dengan adanya lebaran, kita akan lihat kenaikan lebih tinggi lagi pada penjualan ritel," kata Sri Mulyani.
Indikator konsumsi lainnya terlihat dari Indeks Keyakinan konsumen (IKK) yang masih bertahan di zona optimis di level 113,1 poin pada April.
Perbaikan bukan hanya dari sisi konsumsi tapi juga pemulihan dari sisi produksi. Ini terlihat dari PMI Manufaktur yang bertahan di zona ekspansif, pertumbuhan konsumsi listrik untuk industri maupun bisnis jua masih tumbuh tinggi. Di samping itu, impor bahan baku dan barang modal juga masih tumbuh dua digit di atas 20%.
"Semua dari sisi produksi, konsumsi dan optimisme masyarakat itu hal yang positif, namun kita tidak underestimate munculnya awan gelap dan tekanan akibat inflasi tinggi dan sekarang statement atau posisi kebijakan bank sentral negara maju," kata Sri Mulyani.