Harga BBM Naik, BPS Catat Harga Pangan Justru Turun Bulan Lalu
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada September mencapai 1,17% secara bulanan. Inflasi didorong oleh kenaikan harga BBM, sementara harga sejumlah komoditas pangan justru menurun dan mencatatkan deflasi 0,3%.
"Di September, beberapa produk hortikultura di beberapa sentra produksi terjadi panen raya, sehingga suplainya cukup dan terjadi deflasi untuk kelompok makanan, minuman dan tembakau," kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers secara daring, Snein (3/10).
Komoditas bawang merah mencatat deflasi 0,06% secara bulanan, disusul cabai merah 0,05%, minyak goreng 0,03%, tomat 0,02%, cabai rawit 0,02% serta ikan segar 0,01%.
Penurunan harga sejumlah komoditas tersebut mengkompensasi dorong inflasi yang berasal dari kelompok transportasi akibat kenaikan harga BBM. Kelompok ini mencatatkan inflasi hingga 8,88% dan memberi sumbangan sebesar 1,08% terjadi inflasi bulanan. Kelompok ini mencatat inflasi bulanan tertinggi dibandingkan 10 kelompok pengeluaran lainnya.
Margo menjelaskan, penyumbang utama inflasi pada kelompok ini berasal dari bensin yang memberi andil 0,89% terhadap inflasi bulan lalu. Kenaikan harga BBM ikut menyeret kenaikan harga barang lainnya, yakni tarif angkutan dalam kota yang memberi andil inflasi 0,09%. Kenaikan harga solar juga menyumbang inflasi 0,03%, tarif angkutan antar kota memberi andil 0,03% serta kenaikan tarif angkutan ojek online dan taksi online masing-masing memberi andil 0,02% dan 0,01%.
"Jadi inflasi di September ini lebih karena kenaikan harga BBM, dan juga di sektor transportasi, sementara mampu diredam karena untuk kelompok makana dan minuman dan tembakau ini mengalami deflasi di September," kata Margo.
Adapun BPS mencatat inflasi secara keseluruhan sebesar 1,17% secara bulanan pada September. Pendorong utamanya karena kenaikan harga BBM yang dimulai 3 September lalu. Secara tahunan, inflais juga melonjak ke 5,95%, semakin jauh dari target BI tahun ini di 4%.
"Inflasi yang terjadi pada September sebesar 1,17% secara bulanan merupakan inflasi tertinggi sejak Desember 2014. Saat itu, inflasi mencapai 2,46% juga sebagai akibat kenaikan harga BBM pada November 2014," ujar Margo.
BPS mencatat, 88 kota dari 80 kota yang diamati mengalami inflasi. Inflasi tinggi terjadi di Bukit Tinggi mencapai 1,87%. Penyebab utamanya karena kenaikan harga bensin yang memberikan andil 0,81%, beras 0,35%, dan angkutan dalam kota 0,18%.
Berdasarkan komponennya, inflasi pada bulan lalu terjadi pada komponen harga yang diatur pemerintah mencapai 13,28% secara tahunan, melonjak dibandingkan bulan sebelumnya 6.84%. Komponen harga yang bergejolak juga mencatatkan kenaikan inflasi tahunan dari 8,93% pada Agustus menjadi 9,02%. Namun kenaikannya relatif terbatas karena terjadi deflasi pada bahan makanan pokok.
Sementara itu, komponen inti hanya mencatatkan inflasi pada September 2022 sebesar 3,21% dan memberikan andil sebesar 2,11%.
Harga pangan sempat menjadi penyumbang utama kenaikan inflasi pada Juli. Namun, kenaikan harga pangan mulai melandai pada Agustus dan menurun bulan lalu.