Risiko Resesi Global, Bank Dunia Ramal Harga Batu Bara dan CPO Anjlok
Bank Dunia memperkirakan harga komoditas energi, pangan, hingga mineral global akan menurun pada tahun depan di tengah risiko resesi ekonomi. Harga sejumlah komoditas unggulan Indonesia, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit di tingkat global bahkan diperkirakan anjlok hingga dua digit tahun depan.
Harga energi melonjak sejak pecahnya perang di Ukraina. Namun, harga energi dalam nominal dolar AS diproyeksikan turun 11% pada 2023, setelah melonjak sekitar 60% pada tahun ini. Namun harganya masih akan 75% di atas rata-rata selama lima tahun terakhir.
"Penggerak utama dari prospek tersebut termasuk pertumbuhan global yang lebih lambat, permintaan gas alam yang lebih lemah karena rumah tangga dan industri mengurangi konsumsi, dan beberapa respons suplai terutama untuk batu bara," kata Bank Dunia dalam laporan Commodity Markets Outlook edisi Oktober 2022, Kamis (27/10).
Harga batu bara Australia tahun depan diperkirakan mencapai US$ 240 per mt, turun seperempat dari harganya tahun ini. Prospek ini seiring produksinya yang diperkirakan meningkat. Meski demikian harga batu bara masih akan jauh di atas harga pada tahun lalu maupun 2020.
"Produksi batubara diproyeksikan meningkat secara signifikan karena beberapa eksportir utama meningkatkan output, menempatkan target penanganan perubahan iklim dalam risiko," kata Bank Dunia.
Harga minyak mentah Brent diperkirakan rata-rata US$ 92 per barel pada tahun depan, turun 8% dibandingkan tahun ini. Namun harganya masih jauh di atas rata-rata lima tahun US$ 60 per barel. Pertumbuhan konsumsi minyak dunia tahun depan diperkirakan di bawah 2%, ditopang pembukaan kembali ekonomi Cina tetapi resesi akan mengurangi permintaan.
Harga gas alam Eropa juga akan menyusut 20% tahun depan, serta penurunan harga gas alam AS 6%. Penurunan ini terutama dari rumah tangga dan industri yang mengalihkan pada komoditas substitusi. Di sisi lain, produksi batu bara diperkirakan meningkat di Cina, India dan lainnya. Harga gas dan batu bara dalam jangka pendek bergantung pada situasi musim dingin di Eropa.
Harga Komoditas Nonenergi Turun
Bank Dunia memperkirakan harga komoditas nonenergi akan turun 8,1% pada tahun depan, termasuk pangan serta bahan logam dan mineral. Harga pangan turun 6,2%, seperti minyak kelapa sawit (CPO) turun 17,6%, minyak soybean 7,5% hingga harga biji-bijian yang turun 5,6%.
Khusus untuk minyak kelapa sawit, penurunan harga terutama karena meningkatnya produksi serta kebijakan penghapusan larangan ekspor oleh pemerintah Indonesia. Penurunan pada harga-harga minyak nabati, termasuk minyak sawit, juga dipengaruhi melemahnya permintaan global serta dimulainya kembali ekspor minyak bunga matahari dari Ukraina melalui Laut Hitam.
Komoditas biji-bijian juga akan turun tahun depan. Hal ini didorong oleh panen gandum global yang lebih baik dari perkiraan, pasokan beras global yang stabil dan kembali dibukanya ekspor biji-bijian dari Ukraina.
Harga komoditas logam dan mineral turun lebih dari 15% pada tahun depan sebelum akhirnya akan stabil pada tahun 2024. Harga aluminium turun 11%, tembaga 16,1%, bijih besi 16,7% hingga nikel 16%.
Penurunan komoditas logam dan mineral tersebut seiring memburuknya prospek pertumbuhan global serta melemahnya permintaan sektor properti dari Cina. Meski demikian masih ada kemungkinan harganya naik, terutama karena peningkatan biaya produksi penyulingan logam serta meningkatnya permintaan untuk mendukung program energi terbarukan.