Kementerian ESDM Temukan Potensi Lokasi Penyimpanan Karbon 12 Giga Ton

Muhamad Fajar Riyandanu
1 November 2022, 07:16
karbon, penyimpanan karbon
ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Ilustrasi.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menemukan lokasi yang berpotensi menjadi penyimpanan karbon storage mencapai 12 giga ton Co2. Sebanyak dua giga ton terletak pada depleted reservoir lapangan migas dan 10 giga ton CO2 pada saline aquifer.

Saline aquifer atau reservoir air bersalinitas tinggi merupakan tempat penyimpanan gas CO2 yang dianggap cukup aman. Dengan berjalannya waktu, maka gas CO2 yang larut dalam air garam akan mengalami proses mineralisasi dan pengendapan.

Hasil Studi Balai Besar Pengujian Minyak dan Gas Bumi atau Lemigas menunjukkan potensi penyimpanan 10 giga ton pada saline aquifer terletak di West Java dan South Sumatera Basin.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Tutuka Ariadji, mengatakan hasil kajian lain yang dilakukan oleh ExxonMobil memperkirakan potensi storage lebih besar, yakni sekitar 80 giga ton CO2 pada saline aquifer.

"Sementara dari hasil kajian Rystad Energy memperkirakan ada potensi lokasi penyimpanan karbon hingga 400 giga ton CO2 pada reservoir lapangan migas dan saline aquifer di Indonesia," kata Tutuka dalam siaran pers, Senin (31/10).

Ia mengatakan, Direkorat Jendral Migas saat ini sedang menyiapkan tim untuk memetakan potensi-potensi kapasitas penyimanan CO2 di Indonesia. Tim ini akan melibatkan SKK Migas dan Pertamina.

Tutuka menilai, penerapan teknologi penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS)/Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) akan memainkan peran penting dalam mendukung transisi energi, khususnya di bidang industri, pembangkit listrik dan transformasi bahan bakar yang menyumbang puncak emisi gas rumah kaca (GKR) sekitar 44 juta ton CO2 pada 2030.

Adapun puncak emisi GRK terjadi karena adanya peningkatan produksi minyak untuk mencapai target 1 juta barel per hari (BPH) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD). Sejauh ini, terdapat 15 proyek CCUS yang masih dalam tahap studi dan diharapkan bisa beroperasi sebelum 2030.

“Aplikasi CCUS dimulai setelah tahun 2025 dengan jumlah CO2 yang ditangkap diperkirakan 6 juta ton CO2 per tahun pada 2030," ujar Tutuka.

Sementara itu, Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro menyebut Pertamina menjadi salah satu yang diandalkandalam upaya mencapai target nol emisi bersih atau Net Zero Emissions (NZE) 2060 pada kegiatan usaha hulu migas. Ini karena Pertamina tercatat sebagai perusahaan migas paling aktif dalam upaya penerapan CCS/CCUS kegiatan hulu migas. Dari 15 studi CCS/CCUS di Indonesia, sekitar 80% di antaranya dikerjakan oleh Pertamina.

Halaman:
Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...