Sri Mulyani Tambah Utang Rp 95 Triliun pada Awal Tahun

Kementerian Keuangan mencatat, realisasi pembiayaan utang dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) secara neto sepanjang bulan lalu mencapai Rp 95,6 triliun. Realisasinya berbalik dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat minus.
"Secara keseluruhan, pembiayaan kita Rp 95,6 triliun atau 13,7% dari target tahun ini Rp 696,3 triliun," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (22/2).
Realisasi pembiayaan utang secara neto pada bulan lalu jauh lebih tinggi dibandingkan Januari 2022 yang minus Rp 3 triliun. Minus pada penerbitan secara neto artinya pelunasan utang jatuh tempo pada periode tersebut lebih besar dibandingkan penerbitan utang baru.
Bendahara negara itu menjelaskan realisasi pembiayaan utang bulan lalu terdiri atas penerbitan utang dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) secara neto sebesar Rp 99,4 triliun. Realisansya 13,7% dari target. Nominal penerbitan SBN bulan lalu melesat dibandingkan Januari 2022 yang tercatat minus Rp 16 triliun.
Pemerintah telah menerbitkan SBN ritel perdana di awal tahun ini dengan total penerimaan Rp 22,2 triliun. Sri Mulyani menyebut, minat masyarakat terhadap penerbitan utang ritel tersebut sangat tinggi tercermin dari jumlah pembelinya yang mencapai 62.375 investor.
"Ini menggambarkan masyarakat sudah mulai mendiversifikasi investasinya, tidak hanya sekedar tabungan, mereka melihat SBN sebagai instrumen yang bisa dipercaya," kata Sri Mulyani.
Selain penerbitan SBN reguler di dalam negeri, pemerintah juga telah menjual SBN valas sebesar US$ 3 miliar atau ekuivalen Rp 46,8 triliun pada bulan lalu.
Sri Mulyani juga melaporkan realisasi pembiayaan utang lewat penarikan pinjaman sepanjang bulan lalu tercatat minus Rp 3,7 triliun. Ini merupakan pembalikan dibandingkan Januari 2022 yang sebesar Rp 12,9 triliun.
Pemerintah merealisasikan pembiayaan utang yang lebih besar dari tahun lalu sekalipun kinerja APBN masih mencatat surplus sebesar Rp 90,8 triliun.
Pendapatan negara dari pajak, cukai, hingga PNBP masih tumbuh 48,1% menjadi Rp 232,2 triliun. Sebaliknya, belanja negara tercatat sebesar Rp 141,4 triliun atau naik 11,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi belanja negara yang tumbuh terutama dari belanja pemerintah pusat.