• Presiden Joko Widodo, Menteri Keuangan Sri Mulyani, hingga Gubernur BI Perry Warjiyo berulang kali memperingatkan suramnya ekonomi global tahun depan.
  • BI mengalurkan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun depan 4,37%. 
  • Target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2023 masih dipatok 5,3%

Ekonomi dunia akan suram tahun depan. Peringatan itu muncul dari Presiden Joko Widodo, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, hingga lembaga-lembaga internasional. Target pertumbuhan ekonomi dalam APBN 2023 yang dipatok sebesar 5,3% mulai tak terlihat realistis. 

APBN 2023 yang mematok asumsi pertumbuhan ekonomi 5,3% disusun pada Agustus dan disahkan pada September 2022. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, dinamika global membuat tantangan perekonomian semakin berat pada tahun depan. 

"Asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3% itu sangat ambisius, terutama saat kondisi ekonomi global berpotensi memperlemah ekspor, investasi, konsumsi melalui suku bunga tinggi," ujar Sri Mulyani, pekan lalu. 

Ia mengatakan, ekonomi global yang memburuk akan memberikan dampak pada perekonomian domestik melalui ekspor. Pertumbuhan ekspor diperkirakan tak akan setinggi tahun ini. Di sisi lain, investasi juga berpotensi terganggu karena suku bunga yang meningkat.

"Sedangkan konsumsi rumah tangga akan tertekan melalui kenaikan harga," kata Sri Mulyani. 

Meski paham bahwa target pertumbuhan ekonomi terlalu ambisius, Sri Mulyani belum menyinggung rencana perubahan APBN 2023. Dengan asumsi pertumbuhan ekonomi 5,3%, pemerintah menargetkan belanja negara mencapai Rp 3.061,2 triliun, sedangkan pendapata negara Rp 3.061,2 triliun. 

Bank Indonesia lebih pesimistis ketimbang Sri Mulyani dalam melihat ekonomi tahun depan. Bank sentral memperkirakan ekonomi domestik akan tumbuh di titik tengah rentang 4,5%-5,3%, atau di kisaran 4,9%, melambat dibandingkan tahun ini seiring risiko global yang meningkat. 

Bank Indonesia bahkan sebelumnya sempat mengeluarkan angka berbeda yang lebih pesimistis, yakni hanya tumbuh 4,37%. Namun, BI mengklarifikasi bahwa angka tersebut hanya asumsi  untuk menyusun rencana anggaran tahun depan. Belakangan, BI pun tak pernan menggunakan angka itu lagi.

Target pertumbuhan yang diajukan pemerintah tahun depan terlalu usang’ untuk menangkap semua dinamika ekonomi yang berubah beberapa bulan terakhir. Perkiraan itu juga di atas ramalan berbagai lembaga internasional yang telah merevisi prospek ekonomi Indonesia dalam laporan terbarunya menjadi seperti pada diagram di bawah ini.

Ekonomi Suram

Kondisi suramnya ekonomi dunia juga digambarkan oleh berbagai lembaga internasional dalam outlook terbaru mereka. IMF memperkirakan, pertumbuhan ekonom global tahun depan hanya 2,7% dengan sepertiga perekonomian dunia akan masuk ke jurang resesi. Kalaupun perekonomian lolos dari kontraksi, menurut IMF, banyak orang yang akan merasakan situasi dunia seperti sedang resesi. 

Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual juga melihat ekonomi Indonesia akan sulit tumbuh di atas 5% pada tahun depan  seiring perlambatan signifikan di lingkungan global. "Kalau perkiraan kami mungkin hanya sekitar 4,5%. Ini karena memang ada perlambatan bahkan resesi di beberapa negara dunia," kata David kepada katadata.co.id dikutip Kamis (1/12).

Dampak perlambatan global ke Indonesia akan terasa melalui jalur perdagangan. Permintaan terhadap barang ekspor Indonesia akan melemah jika perekonomian di banyak negara melambat. Perlambatan signifikan akan terlihat di banyak mitra dagang utama Indonesia.

Sebagian besar ekspor barang-barang Indonesia berlayar ke lima negara tersebut. Permintaan dari lima negara tersebut berpotensi turun pada tahun depan seiring perekonomiannya yang lesu. David menyebut perlambatan bukan hanya menyebabkan penurunan ekspor dari sisi volume, tapi juga dari sisi nilai karena harga komoditas diperkirakan mulai mendingin.

AS dan Eropa menjadi perhatian utama dunia saat ini. Dua perekonomian terbesar dunia itu terancam masuk ke jurang resesi. Risiko resesi Eropa seiring ancaman krisis energi, sementara resesi di Amerika Serikat karena rezim suku bunga tinggi dan tekanan inflasi memukul perekonomian.

Cina yang merupakan mitra dagang utama Indonesia, juga perlu terus dipantau. Negeri tirai bambu itu juga masih menghadapi prospek pertumbuhan rendah di tengah berlanjutnya kebijakan lockdown Covid-19. Selain itu, negara tersebut juga masih berjuang mengatasi masalah krisis di sektor properti. 

Prospek ekonomi Cina akan sangat mempengaruhi perekonomian dalam negeri. Studi Bank Dunia menunukkan pengaruh dari perlambatan ekonomi Cina ke Indonesia akan lebih besar dibandingkan dampak yang berasal dari perlambatan ekonomi di negara grup 7 (G7).

Ancaman Domestik: Suku Bunga hingga Pemilu

Risiko ekonomi Indonesia tahun depan tidak melulu berasal dari global. Ada pula risiko yang berasal dari dalam negeri.

  • Suku Bunga Tinggi

Indonesia mulai memasuki era suku bunga tinggi. BI mengerek bunga 25 bps pada Agustus 2022, kenaikan pertama sejak terakhir kali November 2018. Kenaikan suku bunga kemudian dilipatgandakan 50 bps selama tiga pertemuan terakhir sehingga mencapai level tertingginya dalam tiga tahun di 5,25%. Kenaikan ini diperkirakan masih berlanjut sampai awal tahun depan.

Meski demikian, kenaikan bunga BI bertujuan menjinakkan inflasi yang jika dibiarkan tinggi juga dapat menimbulkan konsekuensi bagi perekonomian. Adapun bunga yang makin tinggi berarti biaya pinjaman makin mahal. Hal ini bisa membuat masyarakat mengurangi konsumsi, karena biaya bunga kartu kredit hingga bunga KPR akan semakin mahal.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat dampak kenaikan suku bunga ke perekonomian akan mulai terasa pada kuartal kedua tahun depan. Setelah mulai dinaikkan Agustus lalu, transmisinya ke kenaikan suku bunga perbankan biasanya memerlukan beberapa bulan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Advertisement