Dokter Paru Andalkan 3 Kombinasi Obat untuk Tangani Pasien Corona
Dokter paru menyampaikan tiga jenis pengobatan virus corona yang saat ini efektif digunakan. Meski demikian, tingkat kesembuhan pasien juga tergantung berat ringannya gejala yang dialami.
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Santoso mengatakan kombinasi obat yang pertama adalah azitromisin/levofloksasin, hidroksiklorokuin/ klorokuin, oseltamivir dan vitamin.
Kombinasi obat kedua adalah azitromisin/levofloksasin, hidroksiklorokuin/klorokuin, favipiravir dan vitamin. “Pilihan ketiga adalah azitromisin/levofloksasin, hidroksiklorokuin/klorokuin, lopinavir, ritonavir dan vitamin,” kata Agus di Gedung BNPB, Jakarta, Selasa (18/8).
Berdasarkan studi pendahuluan, kombinasi obat tersebut mampu menyembuhkan pasien corona tanpa gejala atau memiliki gejala ringan. Dia mencontohkan, pengobatan tersebut mampu menyembuhkan 99,3% pasien di Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet, Jakarta.
Sedangkan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan, Jakarta, seluruh pasien dengan gejala ringan sembuh dengan kombinasi obat tersebut. “Kemudian pada kasus sedang, 96,4% pasien sembuh,” kata Agus.
Hanya saja, pasien dengan gejala berat dan kritis semakin sulit disembuhkan meski menggunakan kombinasi obat tersebut. Pada pasien dengan gejala berat, hanya 81,8% yang bisa sembuh dengan pengobatan tersebut.
Sementara pada pasien yang kritis, hanya 20,4% yang berhasil sembuh menggunakan kombinasi obat tersebut. “Pada kasus kritis, itu 79,6% pasien meninggal,” kata Agus.
Atas dasar itu, pasien dengan gejala berat dan kritis akan diberikan tambahan obat, seperti desamethason dan antikoagulan. Pasien juga bisa mengikuti terapi lainnya, seperti stem cell, plasma convalescent, inhibitor IL-6, dan human immunoglobulin interferon.
Pasien juga mendapatkan nutrisi, oksigen, terapi cairan, dan alat bantu napas. Namun menurutnya, hal tersebut harus sesuai penilaian dokter penanggung jawab pasien (DPJP). “Pasien juga bisa mendapatkan terapi-terapi lainnya kalau memang diperlukan, termasuk terapi comorbid,” kata Agus.
Agus juga mengatakan kombinasi obat tersebut digunakan dalam kondisi darurat berdasarkan persetujuan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Ini karena belum ada pengobatan spesifik untuk menangani pasien terinfeksi corona.
Hal senada disampaikan Anggota Komite Nasional Penilai Obat BPOM Anwar Santoso. Menurutnya, belum ada satu pun obat yang efektif menangani corona di Indonesia. Selain itu organisasi kesehatan dunia (WHO) belum merekomendasikan obat Covid-19.
Dia mengatakan, seluruh kandidat obat corona masih dalam fase uji klinis dan ada dua variabel yang perlu diikuti. Pertama, kandidat obat corona harus memiliki manfaat saintifik.
"Berikutnya harus punya nilai sosial, sehingga keselamatan masayrakat, kesejahteraan masyarakat, dan patient safety (keamanan pasien) bisa dijamin," kata Anwar.
(Catatan redaksi: Artikel ini mengalami perubahan judul pada Selasa (18/8) pukul 20.25 WIB untuk memperbaiki konteks pengobatan yang tersedia saat ini)