Kendala Biaya yang Terus Cengkeram Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Rizky Alika
26 Maret 2021, 09:10
kereta cepat, KCIC, tiongkok, infrastruktur
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Kereta api melintas di samping proyek pembangunan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung di Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu (27/5/2020). Sejumlah kendala dana terus mengantui proyek yang digarap PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) tersebut.
  • Biaya proyek ini diduga membengkak lagi sebanyak 23 persen.
  • KCIC menyebut ada kenaikan biaya terutama imbas pandemi.
  • Pembangunan proyek ini kerap terkendala masalah sejak awal.

 

Kabar tak sedap datang dari proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Ongkos pembangunan proyek disebut-sebut membengkak akibat munculnya berbagai kebutuhan yang tidak diprediksi pada awal proyek.

PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) saat ini sedang melakukan melakukan proses pengkajian ulang proyek kereta cepat tersebut bersama tim ahli. "Informasi yang beredar mengenai pembengkakan biaya tengah dalam proses pengkajian ulang feasibility study, didampingi tim ahli dan konsultan," kata Corporate Secretary KCIC Mirza Soraya saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (25/1).

Dikutip dariTempo, anggaran dadakan yang muncul antara lain akibat kenaikan biaya pembebasan lahan dan perubahan harga pada saat pengerjaan proyek. Pembengkakan biaya alias cost overrun bahkan mencapai 23 persen dari nilai awal yang besarnya US$ 6,071 miliar.

Masalah ini dimulai saat proyek ini disebut belum mencantumkan  jadwal akuisisi lahan. Tak hanya itu, beban proyek membesar karena penentuan trase yang kurang matang hingga penangguhan konstruksi di saat pandemi.

Studi kelayakan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung dilakukan pada 2015. KCIC mengatakan seiring berjalannya waktu, ada inflasi tidak terduga dari krisis global pandemi Covid-19.

Selain itu, pandemi turut berdampak pada jadwal pembangunan proyek kereta cepat dan proyek infrastruktur lainnya. Oleh karenanya, mereka memutuskan kaji ulang studi yang pernah dilakukan.

Bukan pertama kalinya proyek ini terkendala masalah dana. Tahun 2017 silam, kendala lahan membuat biaya proyek membengkak dari  US$ 5,1 miliar menjadi US$ 5,9 miliar atau hampir Rp 80 triliun.

Meski demikian Rini tetap percaya diri bahwa proyek rebutan Jepang dan Tiongkok sangat layak dari sisi investasi untuk dilanjutkan. "Tidak ada masalah kenaikan biaya, dan sudah dihitung Internal Rate of Return (IRR) masih bagus," ujar Rini pada April 2017.

Mundur lagi ke belakang, kendala pembiayaan juga telah mengawali proyek ini. Meski groundbreaking telah dilakukan Januari 2016, namun pinjaman dari Tiongkok tak juga cair.

Saat itu pihak Tiongkok ingin memastikan pengadaan lahan proyek tersebut telah beres. Ujungnya, pinjaman pertama US$ 2,2 miliar baru dicairkan Mei 2018.

Setumpuk Masalah Sejak Awal

Tak hanya dana dan lahan, pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung telah mengalami berbagai masalah konstruksi. Kasus pertama terjadi pada 4 Februari 2018, ketika sebuah crane dan bantalan rel di jalur Manggarai-Jatinegara terjatuh dan menewaskan empat orang pekerja.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...