BPOM Targetkan Izin Vaksin Booster Sinovac - Pfizer Terbit Bulan Ini
Pemerintah berencana memulai vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster mulai Januari 2022. Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K. Lukito berharap, pihaknya dapat menerbitkan izin penggunaan darurat (EUA) vaksin booster Sinovac, AstraZeneca, dan Pfizer pada Desember ini.
Namun, EUA tersebut merupakan vaksin booster homologus untuk usia 18 tahun ke atas. Adapun, homologus ialah penggunaan vaksin booster dengan merek yang sama dengan dosis pertama dan kedua.
"Mudah-mudahan kita segera keluarkan EUA pada Desember," kata Penny dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (14/12).
Adapun kajian untuk Sinovac, AstraZeneca, dan Pfizer akan menggunakan data uji klinik di luar negeri. Selain itu, Sinopharm juga tengah mengajukan praregistrasi kepada BPOM. "Baru praregistrasi, jadi prosesnya masih lebih jauh," ujar dia.
Di luar itu, sejumlah pihak juga melakukan uji klinik vaksin booster heterologus. Ini artinya, vaksin booster bisa menggunakan merek kombinasi dari dosis pertama dan kedua.
Badan Penelitian dan Pengemabangan Kesehatan Kementerian Kesehatan juga tengah melakukan uji klinik vaksin booster. Pengujian dilakukan terhadap vaksin primer Sinovac dan AstraZeneca dengan booster Sinovac, AstraZeneca, dan Pfizer.
Sedangkan izin uji klinik telah diterbitkan pada 17 November lalu. Penny memperkirakan, data untuk pemberian EUA pada vaksin primer Sinovac akan diperoleh pada Januari 2022, sedangkan AstraZeneca diperkirakan April 2022. "Jadi EUA vaksin booster uji klinik Balitbangkes diharapkan selesai April 2022," ujar Penny.
Sementara, Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prf. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan vaksin booster homologus pada Sinovac, AstraZeneca, dan Pfizer menunjukkan peningkatan antiodi. Hal ini menunjukkan vaksin mempunyai kerja sel memori yang baik.
Suntikan tambahan ini penting lantaran kadar antibodi menurun pada 6 bulan setelah pemberian vaksin Sinovac dosis kedua. "Untuk itu kita harus berikan booster setelah lebih dari 6 bulan," ujar dia.
Sementara, penelitian terkait vaksin booster heterologus masih dalam proses. Saat ini, Rumah Sakit Siloam Jakarta tengah memantau 125 perawat yang memperoleh vaksin primer Sinovac dengan booster vaksin Moderna.
Hasil sementara menunjukkan, nilai titer antibodi sebelum booster sebesar 65,57 U/mL. Setelah 28 hari menerima booster, nilai titer antibodi meningkat drastis menjadi 47.445 U/mL. "Ini menjadi contoh heterologus juga bekerja dengan baik," ujar Sri.