Kaji Transisi Pandemi Covid Jadi Endemi, Luhut: Kita Tak Perlu Latah
Pemerintah tengah mengevaluasi status Covid-19 menjadi endemi dari saat ini pandemi. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan telah mendiskusikan hal tersebut dengan para pakar dan ahli wabah pada Minggu (20/2).
Pemerintah pun akan melakukan transisi secara bertahap, sesuai data indikator kesehatan, ekonomi, sosial, dan budaya. Luhut berjanji, Indonesia tidak akan terburu-buru mengikuti perubahan status pandemi menjadi endemi, seperti di Inggris, Denmark, hingga Singapura.
"Kita tidak perlu latah ikut-ikutan negara yang sudah memberlakukan pelonggaran," kata Luhut usai rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo secara daring, Senin (21/2).
Sejumlah indikator yang menjadi pertimbangan adalah meliputi tingkat kekebalan masyarakat yang tinggi, tingkat kasus yang rendah berdasarkan indikator Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kapasitas respons fasilitas kesehatan yang memadai, dan melakukan surveilans aktif.
Selanjutnya, prakondisi itu harus terjadi pada rentang waktu yang cukup panjang dan konsisten. Indikator transisi dari pandemi ke endemi itu akan terus disempurnakan dengan para pakar dan ahli di bidangnya.
Guna mencapai transisi pandemi menjadi endemi, pemerintah akan mendorong sejumlah hal. Salah satunya, menggenjot vaksinasi dosis kedua dan ketiga, utamanya untuk lansia.
Kemudian, pemerintah terus mendorong dan meminta bantuan kepada kepala daerah dan jajarannya untuk aktif memaksimalkan jumlah vaksin booster bagi yang sudah memiliki tiket vaksinasi dosis ketiga.
"Saya juga meminta masyarakat yang sudah memiliki tiket vaksinasi dosis ketiga atau sudah vaksin lengkap dengan rentang 6 bulan dapat langsung mendatagi gerai vaksin," katanya.
Beberapa hari lalu, Jokowi mengingatkan bahwa pandemi hingga saat ini belum berakhir. Presiden bahkan menganalogikan pandemi dengan musim dingin berat yang tengah datang.
"Pandemi belum berakhir dan ekonomi dunia masih terguncang," kata Jokowi dalam Pertemuan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral Negara G20, Kamis (17/2).
Jokowi mengatakan saat ini tidak ada satu negara yang dapat bangkit sendiri lantaran telah terkoneksi satu sama lain. Untuk itu, kebangkitan suatu kawasan akan memberikan dampak serupa pada kawasan lainnya.
"Sebaliknya, keruntuhan suatu kawasan akan meruntuhkan kawasan lainnya," ujar dia.