Survei SPIN: Elektabilitas Prabowo Teratas, Diikuti Ganjar dan Anies
Hasil survei Survei & Polling Indonesia (SPIN) menunjukkan bahwa tiga besar tokoh dengan elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden (capres) masih diisi oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.
SPIN menemukan bahwa Prabowo memperoleh elektabilitas sebesar 29,3%. Kemudian Ganjar 17,9% dan Anies 14,2%. “Bila Pemilu dilaksanakan saat ini, secara konsisten trendnya menunjukkan kecenderungan meningkat secara stabil,” ujar Direktur SPIN, Igor Dirgantara dalam Rilis Hasil Survei Kepemimpinan Nasional 2024 pada Jumat (8/7).
Selain itu, ada pula beberapa tokoh yang masuk ke dalam hasil survei SPIN sebagai calon presiden, yaitu: Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil 6,1%; Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 5,1%, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Puan Maharani 5%.
Selain itu ada nama Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir 3,9%; Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa 2,9%; Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto 2,9%; Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar 1,7%; dan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Jenderal Andika Perkasa 1,3%.
Dari hasil survei, ditemukan bahwa 23,2% responden mengangggap bahwa Prabowo dapat diterima semua pihak untuk mengakhiri polarisasi sosial. Sementara itu, hanya 1,5% responden yang menganggap bahwa Ganjar Pranowo maupun Anies Baswedan dapat diterima semua pihak untuk mengakhiri polarisasi sosial.
Adapun tokoh-tokoh lainnya memperoleh persentase penerimaan sebagai berikut: AHY 9,8%, Ridwan Kamil 7,5%, Andika Perkasa 6,2%, Airlangga Hartarto 5,1%, Muhaimin Iskandar 4,7%, Khofifah Indar Parawansa 1,9%, Erick Thohir 1,8%, dan Puan Maharani 1,8%.
Menurut Igor, tingginya responden yang memilih Prabowo disebabkan sikapnya sebagai lawan politik dalam Pemilihan Umum (Pemilu) 2019 yang menerima tawaran Joko Widodo untuk bergabung dalam pemerintahan.
“Sementara bagi pemilihnya pada 2019 yang lalu sempat kecewa diduga pula telah membaik persepsinya,” ujarnya.
Sementara itu, Ganjar dan Anies dianggap identik dengan dua kubu yang bertarung, yaitu cebong dan kadrun. Igor memperkirakan polarisasi demikian akan berlanjut dalam jangka waktu yang lama.
“Sekalipun memasangkan Ganjar dan Anies sebagai capres dan cawapres,” jelasnya.
SPIN juga menemukan bahwa 65,1% responden memandang polarisasi akibat kompetisi politik yang meruncing pada 2014 dan 2019 masih terjadi hingga kini. Akan tetapi, masih ada 10,1% yang memandang bahwa polarisasi politik telah berakhir.
Sebanyak 20,2% responden menyatakan polarisasi disebabkan oleh ketidaktegasan tokoh politik dalam mencegahnya. Hal itu disebabkan polarisasi yang cenderung masih dijadikan alat politik untuk mengalihkan perhatian publik terhadap isu-isu tertentu.
Kemudian 13,1% responden menganggap bahwa polarisasi politik disebabkan oleh influencer, 11,9% buzzer, 3,4% karena tebang pilih dalam penegakan hukum, dan 3,3% karena kurangnya peran tokoh masyarakat.
Survei kali ini dilakukan SPIN pada tanggal 25 Juni sampai dengan 5 Juli 2022 pada 1.230 responden di 34 provinsi. Metode dilakukan dengan multi-stage random sampling pada tingkat kepercayaan 95% dan margin of error sebesar 2,8%. Kemudian pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung menggunakan bantuan kuisioner.